Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 24 February 2025 17:26
Brussels: Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, menegaskan bahwa setiap kesepakatan terkait Ukraina harus melibatkan Kyiv dan para pemimpin Eropa. Ia menyatakan bahwa negosiasi yang dilakukan tanpa persetujuan Ukraina dan Uni Eropa tidak akan memiliki efektivitas nyata.
Berbicara sebelum pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels pada Senin 24 Februari 2025, Kallas menolak gagasan bahwa pihak lain dapat menentukan masa depan Ukraina tanpa melibatkan Kyiv secara langsung. Ia menegaskan bahwa negosiasi apa pun dengan Rusia tidak akan berarti jika tidak mencerminkan kepentingan Ukraina dan Eropa.
"Anda bisa mendiskusikan apa pun dengan (Presiden Rusia Vladimir) Putin, tetapi jika menyangkut Eropa atau Ukraina, maka Ukraina dan Eropa juga harus menyetujui kesepakatan tersebut," ujarnya, seperti dikutip dari Anadolu Agency, Senin, 24 Februari 2025.
Selain itu, Kallas juga menyoroti meningkatnya pengaruh Rusia terhadap Amerika Serikat, terutama setelah Donald Trump kembali terpilih sebagai presiden.
Ia menyebut bahwa narasi Rusia semakin mendominasi kebijakan Amerika dan menegaskan pentingnya persatuan Eropa dalam menghadapi kemungkinan perubahan sikap Washington terhadap konflik Ukraina.
"Jika kita melihat pesan-pesan yang datang dari Amerika Serikat, jelas bahwa narasi Rusia sangat kuat diwakili," katanya.
Dalam hal bantuan militer, Kallas menegaskan kembali komitmen Uni Eropa dalam mendukung Ukraina, seraya menyebut bahwa keberlanjutan perlawanan Ukraina adalah faktor kunci dalam strategi keamanan Eropa.
"Jika Ukraina tetap bertahan, maka setiap rencana yang tidak melibatkan Ukraina atau Eropa tidak akan berhasil," tegasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa Uni Eropa tengah membahas Inisiatif Pertahanan Baru yang bertujuan untuk memasok amunisi serta memperkuat kemampuan militer Ukraina dalam jangka pendek.
Pada pertemuan tersebut, para menteri luar negeri Uni Eropa juga membahas paket sanksi ke-16 terhadap Rusia. Sanksi terbaru ini dirancang untuk menargetkan berbagai sektor, termasuk perangkat konsol gim yang digunakan dalam skema penghindaran sanksi, serta operasi kapal bayangan yang mengangkut minyak Rusia.
Kallas menyatakan harapannya agar langkah-langkah ini segera disetujui guna meningkatkan tekanan terhadap Moskow.
Seiring berlanjutnya perang antara Rusia dan Ukraina, Kallas memperingatkan bahwa hingga saat ini Presiden Rusia Vladimir Putin belum menunjukkan keinginan untuk berdamai.
"Sampai sekarang, Putin dan Rusia tidak menginginkan perdamaian," ujarnya.
Menurutnya, situasi ini semakin memperjelas urgensi diskusi mengenai keamanan Eropa serta perlunya terus mendukung pertahanan Ukraina. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Petinggi Uni Eropa Kunjungi Kyiv di Peringatan Tiga Tahun Perang Rusia-Ukraina