Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 2 July 2025 09:28
Paris: Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Rusia Vladimir Putin menggelar pembicaraan telepon pada Selasa, 1 Juli 2025 untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun terakhir. Dalam percakapan selama dua jam tersebut, Macron mendesak gencatan senjata di Ukraina, sementara Putin kembali menuding Barat sebagai pemicu konflik.
Dikutip dari NZ Herald, Rabu, 2 Juli 2025, kontak ini terjadi sepekan setelah gencatan senjata mengakhiri perang selama 12 hari antara Israel dan Iran. Keduanya juga membahas ketegangan seputar program nuklir Iran dan menyepakati perlunya koordinasi lebih lanjut.
Dalam pernyataan resmi, Istana Élysée menyebut Macron menegaskan dukungan penuh Prancis terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina, serta menyerukan dimulainya negosiasi damai antara Moskow dan Kyiv.
Sebaliknya, pernyataan Kremlin menekankan bahwa konflik Ukraina merupakan konsekuensi langsung dari kebijakan negara-negara Barat. Putin menyebut Barat selama bertahun-tahun mengabaikan kepentingan keamanan Rusia dan membangun “titik pijakan anti-Rusia” di Ukraina.
Kremlin juga menyatakan bahwa kesepakatan damai hanya dapat tercapai jika mencakup penghapusan akar masalah konflik dan pengakuan atas realitas wilayah baru yang kini dikuasai Rusia.
Kedua pemimpin sepakat untuk melanjutkan kontak terkait Iran, termasuk soal program nuklir Teheran dan peran regionalnya. Macron menegaskan keinginan Prancis untuk mencari solusi diplomatik yang komprehensif dan menuntut, termasuk penghentian pengayaan uranium dan pembatasan rudal Iran.
Putin, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa Iran memiliki hak sah untuk mengembangkan program nuklir sipil dan menekankan bahwa seluruh konflik di Timur Tengah harus diselesaikan melalui cara-cara diplomatik.