Modi Ancam Balasan Keras jika India Kembali Diserang Teroris

PM India Narendra Modi. (Anadolu Agency)

Modi Ancam Balasan Keras jika India Kembali Diserang Teroris

Willy Haryono • 13 May 2025 11:21

New Delhi: Perdana Menteri India Narendra Modi memperingatkan akan adanya respons tegas terhadap setiap serangan teroris di masa mendatang. Ia juga menolak keras segala bentuk "pemerasan nuklir" dari Pakistan jika sewaktu-waktu terjadi eskalasi konflik.

Pernyataan tersebut disampaikan Modi pada Senin lalu dalam pidato nasional perdana sejak pecahnya kekerasan paling intens antara India dan Pakistan sejak 1999. Serangan udara, rudal, drone, dan artileri selama empat hari terakhir telah menewaskan sedikitnya 60 orang dari kedua pihak.

"Jika serangan teroris kembali terjadi terhadap India, kami akan memberikan balasan yang kuat," tegas Modi dalam siaran televisi.

“India akan menyerang dengan presisi dan ketegasan terhadap kelompok teroris yang berkembang di bawah perlindungan pemerasan nuklir,” sambungnya, dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 13 Mei 2025.

Gencatan senjata yang diumumkan secara mengejutkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Sabtu lalu tampaknya masih bertahan. Trump mengklaim bahwa intervensi AS telah mencegah "perang nuklir buruk" antara dua negara bersenjata nuklir tersebut.

"Kami menghentikan konflik nuklir, jutaan orang bisa saja terbunuh. Saya sangat bangga dengan itu," ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada Senin.

Awal Konflik

Ketegangan meningkat setelah serangan terhadap turis di Kashmir yang dikelola India pada 22 April lalu menewaskan 26 warga sipil. India menuduh Pakistan mendalangi serangan itu, meski Islamabad dengan keras membantahnya.

India merespons pada Rabu pagi dengan serangan rudal ke wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan, menargetkan apa yang diklaim sebagai “kamp teroris.” Kedua pihak kemudian saling menuding melakukan gelombang serangan udara, drone, dan tembakan artileri.

“Jika Pakistan ingin bertahan hidup, maka ia harus menghancurkan infrastruktur terorisnya,” kata Modi. Ia juga menegaskan bahwa “teror dan dialog tidak dapat berjalan bersamaan, seperti halnya darah dan air tidak bisa mengalir bersama.”

Militer India dan Pakistan mengadakan jumpa pers terpisah pada Minggu malam, masing-masing mengklaim keberhasilan dan kesiapan menghadapi serangan lanjutan.

“Kami telah menepati janji kepada rakyat,” kata juru bicara militer Pakistan, Letjen Ahmed Sharif Chaudhry, menyebut operasi negaranya sebagai “sukses di medan perang.”

Sementara itu, Letjen Rajiv Ghai dari India menegaskan bahwa tindakan India “terukur dan tidak bersifat eskalatif.”

Pakistan juga mengklaim telah menembak jatuh lima jet tempur India, meski belum ada komentar resmi dari New Delhi mengenai klaim tersebut.

Situasi Terkini

Tentara India menyatakan bahwa Senin malam merupakan malam paling tenang dalam beberapa hari terakhir di perbatasan Kashmir dan wilayah barat.

Beberapa warga mulai kembali ke kota Poonch, salah satu wilayah yang paling parah terdampak, sementara ribuan sekolah di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan masih ditutup.

India juga mengumumkan telah membuka kembali 32 bandar udara yang sempat ditutup selama konflik berlangsung.

Ketegangan di Kashmir meningkat sejak pemerintah India mencabut status otonomi terbatas wilayah itu pada 2019, dan memberlakukannya di bawah pemerintahan langsung dari New Delhi.

Langkah tersebut memicu gelombang baru aksi militan dan menambah tekanan pada hubungan bilateral yang sudah rapuh.

Kashmir yang mayoritas penduduknya Muslim diklaim sepenuhnya oleh India dan Pakistan sejak keduanya merdeka dari Inggris pada 1947. Mereka telah beberapa kali berperang karena wilayah ini.

Para pejabat senior dari kedua negara dikabarkan telah kembali berbicara pada Senin dalam upaya memperkuat gencatan senjata. Abdul Basit, analis dari RSIS Singapura, menyebut pembicaraan itu bersifat teknis dan bertujuan “menghindari salah perhitungan yang dapat memicu bencana nuklir.” (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Baru Sehari, Gencatan Senjata India & Pakistan Terancam Gagal

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)