Ilustrasi jebakan gaya hidup. Foto: universalbpr.co.id
Husen Miftahudin • 2 September 2025 19:10
Jakarta: Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam lima tahun terakhir jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia menurun sekitar 9,48 juta orang atau sekitar 16,5 persen, sementara kelas atas justru semakin berkembang. Penurunan ini bukan semata akibat krisis eksternal, tetapi juga dipicu oleh kebiasaan finansial yang kurang tepat di kalangan kelas menengah.
Berikut adalah tujuh jebakan finansial yang perlu segera diperbaiki, menurut laman Far Capital:
1. Menghindari investasi
Banyak yang menilai
investasi adalah kegiatan yang rumit dan eksklusif khusus untuk kaum ekonomi atas. Akibatnya, banyak yang lebih memilih untuk menyimpan uang di tabungan biasa dengan bunga rendah, padahal tidak mampu mengimbangi inflasi. Hal ini membuat nilai uang perlahan menurun seiring waktu. Investasi dijadikan sebagai sarana penting dalam melawan inflasi dan dapat membangun kekayaan jangka panjang.
2. Terperangkap dalam inflasi gaya hidup
Saat pendapatan naik, gaya hidup seringkali ikut meningkat seperti membeli gadget terbaru, makan di restoran mahal, atau membeli barang bermerek. Gaya hidup konsumtif ini sering menyedot sebagian besar pemasukan. Apabila tidak menyisihkan untuk tabungan atau investasi, terutama jika pendapatan tiba-tiba menurun atau terdapat kebutuhan mendadak, kondisi finansial bisa langsung goyah.
3. Tidak memiliki rencana keuangan jangka panjang
Banyak yang hanya fokus pada kebutuhan sehari-hari tanpa memikirkan tujuan besar seperti dana pensiun, pendidikan anak, atau membeli aset produktif. Tanpa perencanaan matang, mereka jadi rentan dalam menghadapi kejadian tak terduga dan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan finansial pun semakin menipis.
4. Tidak mencari pertumbuhan pendapatan
Rasa puas dengan penghasilan saat ini bisa menjadi jebakan. Banyak yang tidak mau mengejar peluang pendapatan tambahan, sehingga saat kebutuhan hidup meningkat misalnya biaya sekolah anak atau inflasi mendadak, keuangan menjadi rentan. Tanpa tambahan pendapatan, impian besar seperti membeli rumah atau mempersiapkan dana pensiun menjadi sulit tercapai.
(Ilustrasi. Foto: Medcom.id)
5. Terlalu mengandalkan utang konsumtif
Banyak yang menggunakan kartu kredit, cicilan, atau pinjaman online untuk memenuhi gaya hidup. Utang semacam ini justru mempersempit peluang menabung atau berinvestasi karena sebagian pendapatan harus dipakai untuk membayar cicilan. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan kekayaan jangka panjang.
6. Tidak memiliki dana darurat
Dana darurat adalah pelindung penting ketika menghadapi krisis keuangan seperti kehilangan pekerjaan, sakit, atau kebutuhan mendesak lainnya. Tanpa dana ini, banyak yang akhirnya terpaksa berhutang, memperparah beban finansial dan menjadikan perbaikan keuangan semakin sulit.
7. Kurang literasi keuangan
Tanpa pemahaman yang cukup soal anggaran, produk investasi yang tepat, atau prioritas pengeluaran, pengambilan keputusan finansial seringkali kurang optimal bahkan merugikan. Literasi keuangan yang rendah menjadi hambatan utama dalam meningkatkan kesejahteraan finansial kelas menengah. (Aulia Rahmani Hanifa)