Ilustrasi. Foto: Unplash
Jakarta: Harga emas (XAU/USD) masih berpotensi menguat pada perdagangan hari ini, setelah reli beruntun selama tiga sesi perdagangan terakhir. Logam mulia ini sempat menembus rekor tertinggi baru di level USD4.056 per troy ons pada Rabu, 8 Oktober 2025, menguat lebih dari 1,70 persen dalam sehari.
Berdasarkan analisis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, pergerakan harga emas yang telah naik sekitar 54 persen sepanjang tahun ini mencerminkan kombinasi kuat antara faktor teknikal dan fundamental yang masih mendukung tren bullish berlanjut.
Secara teknikal, Andy Nugraha menjelaskan bahwa berdasarkan pola candlestick dan indikator Moving Average, tren bullish XAU/USD masih terjaga dengan baik. Namun, ia juga mengingatkan bahwa bila harga gagal mempertahankan momentum dan terjadi koreksi, maka potensi pelemahan terdekat dapat mengarah ke area USD3.986 per troy ons.
“Harga emas masih bergerak di atas area support utama dan belum menunjukkan tanda pembalikan arah signifikan. Jika tekanan beli berlanjut, harga emas berpotensi menguji kembali level USD4.056 bahkan menembus lebih tinggi,” ujar Andy dalam risetnya, Kamis, 9 Oktober 2025.
Ketidakpastian geopolitik dan ekonomi
Pada Kamis, 9 Oktober 2025, emas kini diperdagangkan stabil di sekitar USD4.010 setelah terkoreksi ringan dari level tertingginya di USD4.059 pada sesi Asia pagi ini. Para investor tetap memburu aset
safe haven di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap kondisi fiskal dan politik di Amerika Serikat.
Penutupan pemerintahan AS yang telah memasuki hari kesembilan tanpa kesepakatan antara Republik dan Demokrat menambah kecemasan pasar. Bahkan, pemerintahan Presiden Donald Trump telah memperingatkan bahwa tidak ada jaminan pembayaran bagi pegawai federal selama shutdown berlangsung.
Baca Juga :
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
Selain faktor politik, kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) juga menjadi pendorong utama reli emas. Bank sentral AS baru saja memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan September, penurunan pertama sejak akhir 2024. Lebih jauh, The Fed mengisyaratkan kemungkinan dua kali penurunan tambahan hingga akhir tahun ini.
Berdasarkan data FedWatch CME, pelaku pasar kini memperkirakan 78 persen peluang penurunan suku bunga lagi pada Desember mendatang. Penurunan suku bunga ini secara historis mendukung harga emas, karena menurunkan biaya peluang untuk memegang aset tanpa imbal hasil seperti emas.
Meski demikian, terdapat faktor pembatas kenaikan dari meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Presiden Trump baru-baru ini mengumumkan tercapainya fase pertama kesepakatan damai antara Israel dan Hamas, termasuk rencana pembebasan sandera dalam waktu 72 jam. Meski implementasinya masih diragukan, kabar ini sedikit meredakan permintaan ekstrem terhadap aset aman.
Menariknya, reli emas terjadi meski Dolar AS justru menguat Indeks DXY naik 0,45 persen ke level 99,00, dan imbal hasil obligasi 10 tahun AS turun tipis ke 4,113 persen. Penurunan imbal hasil riil AS, yang memiliki korelasi negatif terhadap harga emas, turut memperkuat daya tarik logam kuning tersebut.
“Dengan kondisi teknikal dan fundamental yang saling mendukung, kami memproyeksikan bahwa tren emas masih positif dalam jangka pendek. Selama harga bertahan di atas level psikologis USD4.000, potensi penguatan emas masih berpotensi berlanjut hari ini,” ungkapnya.