Kebakaran hutan terjadi dari waktu ke waktu di Turki. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 10 August 2025 09:19
Ankara: Turki mencatat bulan Juli terpanas dalam 55 tahun terakhir, menurut Kementerian Lingkungan Hidup, dengan suhu di 66 dari 220 stasiun cuaca mengalami kenaikan rata-rata 1,9 derajat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Melansir dari The Peninsula, Sabtu, 9 Agustus 2025, gelombang panas ekstrem ini telah memicu sejumlah kebakaran hutan di Turki, memaksa pemerintah mengerahkan respons besar-besaran dan menyebabkan 14 orang meninggal dunia bulan lalu.
Suhu panas tersebut memecahkan rekor nasional sebelumnya di Turki, yakni 49,5 derajat Celcius, yang tercatat pada Agustus 2023. Tahun ini, kota Silopi di Provinsi Sirnak dekat perbatasan Irak dan Suriah, mencatat suhu yang bahkan lebih tinggi.
Panas yang menyengat memperparah musim kebakaran hutan, dengan kebakaran besar di Provinsi Canakkale, barat laut Turki, memaksa ratusan orang dievakuasi pada Jumat. Selat Dardanella sempat ditutup sementara untuk lalu lintas maritim saat dua kebakaran berkobar di wilayah tersebut.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan pesawat pemadam kebakaran berusaha memadamkan api, dengan beberapa rekaman memperlihatkan kobaran api merambat mendekati permukiman.
Kementerian Pertanian dan Kehutanan Turki menegaskan upaya pemadaman masih berlangsung. “Perjuangan kami melawan kobaran api yang meningkat di Çanakkale terus berlanjut. Armada udara, kendaraan darat, dan para pahlawan hutan kami bekerja tanpa lelah demi Tanah Air Hijau,” demikian pernyataan kementerian.
Seorang pemerhati alam setempat, yang diidentifikasi sebagai Orman Muhendisi, menggambarkan kondisi sulit di lapangan.
“Tadi malam, saat kebakaran di Canakkale… ketika kami merasa sudah sepenuhnya mengendalikan garis depan api, kobaran tiba-tiba membesar dan api menyebar ke blok hutan lain,” ujar Muhendisi. Ia menambahkan bahwa angin kencang kerap mengubah arah api secara mendadak, menyulitkan pengendalian garis depan dan penerapan rencana intervensi.
Medan yang terjal juga menyulitkan pemasangan selang pemadam, namun aksi cepat petugas hutan berhasil mengendalikan situasi.
Di luar kebakaran, gelombang panas berkepanjangan menimbulkan kekhawatiran akan potensi kekurangan air. Kota resor Aegea, Cesme, telah memberlakukan pembatasan penggunaan air ledeng bagi penduduk dan wisatawan sejak 25 Juli, dari pukul 23.00 hingga 06.00.
Baca juga: Gelombang Kebakaran Hutan Landa Turki, Lebih dari 1.700 Orang Dievakuasi