Hormati Paus Fransiskus, Sejumlah Ahli Usulkan Program Konversi Utang Negara-negara Miskin

Paus Fransiskus. (Dok. Vatican Media)

Hormati Paus Fransiskus, Sejumlah Ahli Usulkan Program Konversi Utang Negara-negara Miskin

Riza Aslam Khaeron • 26 April 2025 13:49

Vatikan: Pada Sabtu, 26 April 2025, sekelompok pemimpin agama, akademisi, dan ekonom mengusulkan inisiatif besar sebagai penghormatan terhadap warisan spiritual Paus Fransiskus. Mengutip Vatican News, mereka mengajukan program konversi utang negara-negara miskin sebagai langkah konkret untuk meneruskan visi Paus tentang martabat manusia, tanggung jawab ekologis, dan pembangunan berkelanjutan.

"Jika mereka yang menghormatinya hari ini benar-benar ingin meneruskan warisan spiritualnya, mereka dapat memanfaatkan momentum Yubileum untuk membangun mekanisme kompensasi antara 'utang ekologis' negara-negara kaya dan utang luar negeri negara-negara miskin," demikian tertulis dalam seruan yang diterbitkan Vatican News, Sabtu, 26 April 2025.

Paus Fransiskus selama masa kepemimpinannya kerap memperingatkan bahwa "ekonomi ini dapat membunuh," dan bahwa ketergantungan pada pasar semata tidak cukup untuk menjawab persoalan global. Ia menekankan bahwa ekonomi yang tidak adil akan menjerumuskan dunia ke dalam spiral krisis keuangan, utang, dan sosial, diperparah oleh darurat iklim.

Konsep "utang ekologis" yang diperkenalkan Paus dalam ensiklik Laudato Si' menyatakan bahwa negara-negara kaya telah mengkonsumsi bagian tidak proporsional dari "hak untuk mencemari" tanpa memberi kompensasi kepada negara-negara miskin yang lebih sedikit berkontribusi terhadap polusi global namun lebih menderita akibat dampaknya.

Sebagai bentuk tindak lanjut atas visi Paus, para akademisi dan ekonom ini mengusulkan prakarsa konversi utang menjadi investasi dalam transisi ekologis.

"Meskipun bersifat parsial, inisiatif ini dapat secara signifikan meringankan beban utang negara-negara debitur dan sekaligus melayani kepentingan negara-negara kreditur," tulis mereka. sebagaimana tertulis dalam Vatican News, Sabtu, 26 April 2025.

Para akademisi dan ekonom yang terlibat dalam seruan ini termasuk Helen Alford, Presiden Akademi Kepausan Ilmu Sosial; Alfonso Apicella, Pejabat Senior untuk Kampanye Advokasi Global di Caritas Internationalis; Leonardo Becchetti, Profesor di Universitas Tor Vergata sekaligus Direktur Festival Nasional Ekonomi Sipil; Luigino Bruni, Profesor di Universitas LUMSA dan Pendiri Economy of Francesco; Iftekhar Hasan, Profesor di Universitas Fordham dan Editor Journal of Financial Stability; dan lain sebagainya.
 

Baca Juga:
Puluhan Ribu Pelayat Berduka di Vatikan Jelang Peti Jenazah Paus Fransiskus Ditutup

Menurut mereka, investasi dalam adaptasi iklim di negara-negara debitur sangat penting untuk mengurangi risiko ketidakmampuan membayar. Selain itu, mereka mengingatkan bahwa ketidakseimbangan antara sumber daya dan populasi akibat krisis iklim dapat memicu migrasi iklim besar-besaran, yang berpotensi menjadi tantangan serius bagi negara-negara kaya dan miskin.

Mereka mengusulkan agar sebagian pembayaran utang dan bunga dikonversi menjadi dana jaminan untuk proyek mitigasi dan adaptasi, seperti pemberantasan kemiskinan energi dan pembangunan fasilitas energi terbarukan dengan keterlibatan publik.

"Tanpa masuk ke rincian teknis pelaksanaan, inisiatif ini, jika dilaksanakan dengan keterlibatan aktif pemerintah, masyarakat sipil, dan komunitas lokal, juga dapat menghasilkan manfaat lebih luas, terutama bagi negara-negara paling rentan yang tidak mampu membayar utangnya," tulis Vatican News, Sabtu, 26 April 2025.

Dalam tulisan tersebut juga ditegaskan bahwa warisan spiritual Paus Fransiskus berpangkal dari komitmen teologis, pastoral, dan antropologis untuk menjaga martabat setiap manusia. Di masa-masa terakhirnya, terutama melalui ensiklik Fratelli Tutti, Paus kembali menyoroti pentingnya membangun persaudaraan antarbangsa dan antarindividu.

"Konflik antarwilayah dan antarbangsa, persaingan ekonomi, serta pengejaran kekuasaan melahirkan krisis dan kekerasan yang merusak hubungan manusia," ungkap para akademisi sebagaimana dikutip dari Vatican News, Sabtu, 26 April 2025.

Seruan ini menjadi pengingat bahwa penghormatan sejati terhadap Paus Fransiskus memerlukan tindakan nyata untuk mengatasi ketidakadilan global, bukan sekadar pujian kosong.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)