Kisah Santri Asal Malang Bertahan di Tengah Ambruknya Bangunan Ponpes Al Khoziny

Santri asal Kota Malang, NSR, 16, salah satu korban selamat dalam runtuhnya Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur. Metrotvnews.com/ Daviq Umar Al Faruq

Kisah Santri Asal Malang Bertahan di Tengah Ambruknya Bangunan Ponpes Al Khoziny

Daviq Umar Al Faruq • 4 October 2025 12:01

Malang: Raut wajah NSR, 16, masih terlihat tegang ketika menceritakan kembali detik-detik bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, ambruk menimpanya. Santri asal Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, itu menjadi salah satu korban selamat dalam peristiwa memilukan yang terjadi pada Senin sore, 29 September 2025.

Saat kejadian, NSR tengah melaksanakan salat ashar berjemaah bersama ratusan santri lainnya. Bangunan empat lantai yang biasa digunakan untuk ibadah itu tiba-tiba roboh ketika proses pengecoran masih berlangsung di bagian atas.

"Waktu itu pas lagi ngecor di atas, nah di bawah sedang salat. Waktu rakaat ketiga belum selesai ada yang jatuh di atas kayak bambu, lama-lama kayak gempa,” kata NSR saat ditemui di kediamannya, Jumat, 3 Oktober 2025.
 

Baca: Banyak Jenazah Korban Ponpes Al Khoziny Masih di Bawah Umur, Identifikasi Terkendala
 
NSR salat di bagian tengah sebelah kanan ruangan. Suasana khusyuk seketika berubah menjadi kepanikan ketika terdengar suara keras dari atas. Ia dan para santri lain berhamburan mencoba menyelamatkan diri. Namun langkahnya terhenti karena reruntuhan jatuh begitu cepat.

"Waktu lari kena seperti asbes dari atas, kena kepala terus tangan kena besi cor. Ambruknya dari pinggir dan banyak juga yang ikut lari," jelas NSR.

Tubuhnya sempat terjebak di bawah reruntuhan selama sekitar tiga puluh menit. Di tengah kondisi gelap dan sesak, ia berusaha tetap sadar sambil mendengar suara panik teman-temannya yang juga terjebak.

"Sempat terbentur dari atas. Ada besi yang menimpa, agak besar. Sempat terjebak, nggak sampai setengah jam," tutur NSR.

Dalam situasi genting itu, NSR sempat melihat salah satu rekannya yang mengalami kejang di bawah reruntuhan. Meski tubuhnya sendiri masih kesakitan, ia berusaha menolong temannya keluar dari timbunan.

"Saya panik lihat teman saya kejang, mau saya tolong akhirnya dia duduk dan saya ajak keluar, keluarnya tiarap-tiarap," ungkap NSR.

Dengan sisa tenaga, NSR merangkak keluar melalui celah sempit di antara puing-puing. Di luar, ia langsung ditolong oleh warga dan petugas. Ia mengalami luka ringan di bagian kepala dan tangan, tetapi berhasil selamat dari musibah yang menewaskan sejumlah santri lain.

Kini meski luka fisiknya mulai pulih, NSR mengaku masih sering terbayang momen mencekam saat bangunan itu runtuh. Meski masih diselimuti rasa takut, ia berharap bisa kembali belajar di ponpes yang telah menjadi rumah keduanya.

"Sampai sekarang saya trauma, takut, dan kaget. Tapi masih mau kembali ke sana karena masih sekolah, sayang kalau tidak diteruskan," ungkap NSR.

Peristiwa ambruknya bangunan pondok pesantren ini terjadi sekitar pukul 15.00 WIB pada Senin, 29 September 2025. Suara keras dari runtuhnya bangunan musala sempat membuat panik warga sekitar, bahkan banyak yang mengira terjadi gempa bumi. 

Bangunan yang ambruk diketahui merupakan musala asrama santri putra yang sedang dalam tahap renovasi. Diduga, konstruksi tidak mampu menahan beban tambahan pembangunan lantai lima, sehingga runtuh secara tiba-tiba.

 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Deny Irwanto)