Kisah di Balik Monumen Kali Bekasi dan Pertempuran Rakyat Usai Merdeka

Monumen Kali Bekasi, Jalan Ir. H. Juanda, Kota Bekasi, Jawa Barat. Medcom.id/ Antonio

Kisah di Balik Monumen Kali Bekasi dan Pertempuran Rakyat Usai Merdeka

Antonio • 5 August 2023 23:29

Bekasi: Sebanyak 90 tentara Jepang tewas di sekitar Kali Bekasi, Kota Bekasi, Jawa Barat, dalam insiden Kali Bekasi pada 19 Oktober 1945.

Terdapat kisah di balik insiden hingga berdirinya Monumen Kali Bekasi di tepi Kali Bekasi, Jalan Ir. H. Juanda.

Medcom.id berkesempatan untuk berbincang dengan Sejarawan Bekasi, Ali Anwar, untuk mengulas tentang latar belakang dan sejarah berdirinya Monumen Kali Bekasi.

Sejarah Pembangunan Monumen Kali Bekasi

Ali Anwar bercerita monumen ini berdiri pada sekitar tahun 2003-2004 oleh Pemerintah Kota Bekasi dan Kedutaan Besar Jepang. Tepatnya saat Kota Bekasi dipimpin Wali Kota Ahmad Zurfaih.

"Jadi itu ada semacam kerja sama antara Pemerintah Kota Bekasi dengan Kedutaan Besar Jepang untuk membangun monumen untuk mengenang peristiwa pembunuhan 90 orang tentara Jepang di antara Stasiun Bekasi sampai Kali Bekasi," kata Ali di Bekasi.

Ali menjelaskan monumen tersebut juga dikenal sebagai Monumen Perdamaian Kali Bekasi.

"Itu kalau masyarakat mengenalnya sebagai pembunuhan tentara Jepang. Tapi monumennya itu karena itu kesepakatan bersama antara Pemerintah Jepang dan Pemerintah Kota Bekasi, itu monumennya disebut sebagai Monumen Perdamaian Kali Bekasi," jelasnya.

Insiden Kali Bekasi 19 Oktober 1945

Ada beberapa peristiwa di balik insiden 19 Oktober 1945 di Kali Bekasi yang perlu diketahui.

Ali menjelaskan latar belakang munculnya perdamaian itu karena ada insiden pada 19 Oktober 1945. Kala itu, tentara Jepang sudah berhasil ditekuk oleh tentara sekutu. Kemudian ada perjanjian agar mereka dipulangkan kembali ke Jepang.

"Nah untuk pemulangannya itu menggunakan berbagai moda transportasi, baik itu kapal laut, ada juga yang menggunakan pesawat," katanya.

Dia menerangkan tentara Jepang yang menggunakan kapal laut melalui jalur Tanjung Priok. 

Lalu ada juga yang menggunakan pesawat di berbagai lapangan terbang mulai dari Lapangan Terbang Kemayoran-Jakarta, Halim dan Lapangan Terbang Kalijati di Subang.

"Nah salah satunya ada yang melalui Kalijati, nah yang Kalijati itu saat itu mau ada pemberangkatan dari Jakarta menggunakan moda transportasi kereta api melalui Jatinegara terus Klender, Kranji, Bekasi sampai ke Karawang dan Subang," sambungnya.

Dicegat di Bekasi
Dia menerangkan Badan Keamanan Rakyat (BKR) untuk wilayah Bekasi mendapatkan informasi bahwa 90 tentara Jepang tersebut akan melintas.

"Komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) kala itu, Mayor Sambas Atmadinata memberikan informasi kepada Bekasi melalui Pak Zakaria, Komandan 2 Pasukan di Bekasi, terserah mau diapakan," katanya.

Setelah itu Zakaria mengumpulkan masyarakat untuk mengambil tindakan.

"Pak Zakaria mengumpulkan teman-temannya dan juga masyarakat sekitar, lantas dia berkoordinasi dengan Kepala Stasiun Kereta Api, namanya (kepala stasiun) saya belum dapat sampai sekarang," ujarnya.

Kemudian ada kesepakatan untuk dialihkan ke rel buntu yang berada tepat di lokasi Monumen Kali Bekasi (saat ini).

"Jadi lokomotifnya ada di pinggir kali, ekornya itu ada di stasiun kira-kira," katanya.

Menodongkan Pistol

Saat kereta berhenti, Zakaria mengetuk pintu kereta api dan menanyakan komandan dari Tentara Jepang. Setelah itu komanda tersebut turun dan mengarahkan pistolnya ke Zakaria.

"Komandannya waktu itu membukakan pintu tapi sambil menodongkan pistol dengan kondisi siap tembak itu di atas kereta. Nah Pak Zakaria juga langsung reflek terus langsung nembak, ada bagian kepala, bagian dada, ada beberapa peluru," katanya.

Setelah itu tentara Jepang lainnya turun dari kereta diduga hendak mengambil senjata di gerbong belakang kereta tersebut.

"Tapi karena di situ sudah ada tentara dan masyarakat kan ya sudah sempat terjadi baku pukul lah, tapi kemudian kan kalau masyarakat ada yang bawa golok, lembing, balok terjadilah pertempuran atau perkelahian yang tidak seimbang, akhirnya mereka sebagian besar mati saat itu juga," ungkap Ali.

Sempat ada dua tentara Jepang yang kabur ke wilayah Teluk Pucung namun berhasil ditangkap.

"Dikembalikan lagi, yang lainnya juga akhirnya dibunuh di tepi Kali Bekasi itu. Terus mayatnya dibuang ke Kali Bekasi," ungkapnya.

Pemicu Kemarahan Rakyat Bekasi

Dia mengatakan saat itu memang Indonesia sudah merdeka. Namun ada beberapa hal yang memicu kemarahan rakyat Bekasi kala itu.

Di antaranya yaitu karena rakyat tidak percaya bahwa Jepang tidak lagi melakukan perlawanan kepada tentara sekutu.

"Sudah merdeka, tapi kan bagi pihak Republik itu beralihnya dari Jepang ke tentara sekutu itu kan, nggak percaya," katanya.

Kedua lanjut Ali, karena Jepang kejam ketika berkuasa di Indonesia, termasuk Bekasi. "Kan termasuk kejam itu mereka, jadi kesempatan ini untuk balas dendam lah mereka itu, kemarahan rakyat Bekasi," katanya.

 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Deny Irwanto)