Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani.
Husen Miftahudin • 8 September 2023 09:30
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan awal pekan ini kembali mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Jumat, 8 September 2023, rupiah hingga pukul 09.10 WIB berada di level Rp15.334 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun tipis 6,5 poin atau setara 0,04 persen dari Rp15.228 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp15.334 per USD, turun 15 poin atau setara 0,09 persen dari Rp15.319 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah pada perdagangan di sepanjang hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Meskipun begitu, mata uang Garuda tersebut akan ditutup melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.310 per USD hingga Rp15.380 per USD," ungkap Ibrahim dikutip dari analisis harian.
Baca juga: Turun Tipis, Cadangan Devisa Agustus 2023 Jadi USD137,1 Miliar
Cadangan devisa terpangkas
Lebih lanjut, Ibrahim mengungkapkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus 2023 sebesar USD137,1 miliar. Angka itu turun tipis dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2023 sebesar USD137,7 miliar.
Penurunan posisi cadangan devisa tersebut disebabkan terpengaruh oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Adapun posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
"Bank Indonesia menilai
cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," terang dia.
Di sisi lain, bank sentral juga terus melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi dalam transaksi
Non-Deliverable Forward di pasar domestik (Domestik NDF/DNDF) serta terus memonitor dan menjaga laju pertumbuhan ekonominya dengan kembali mempertahankan suku bunga acuan dalam pertemuan Agustus 2023.
"Itu dilakukan untuk mengimbangi pemerintah dalam menerapkan kebijakan strategi bauran yang berhasil menarik dan memantik modal asing kembali masuk dalam negeri," jelas Ibrahim.