Kim Jong-Un dengan deretan kekuatan artileri. Foto: KCNA
Fajar Nugraha • 19 December 2024 19:54
Kursk: Setidaknya 100 tentara Korea Utara (Korut) yang dikerahkan ke Rusia telah tewas. Sementara 1.000 lainnya terluka dalam pertempuran sengit melawan pasukan Ukraina di wilayah Kursk, ungkap seorang anggota parlemen Korea Selatan pada Kamis (19 Desember) mengutip badan intelijen negaranya.
Kerugian besar ini disebabkan oleh kurangnya pengalaman pasukan Korea Utara dalam perang menggunakan drone dan ketidaktahuan mereka terhadap medan terbuka tempat mereka bertempur, kata anggota parlemen Lee Seong-kweun kepada wartawan.
Lee berbicara setelah menghadiri pertemuan tertutup dengan Badan Intelijen Nasional (NIS) di parlemen.
Dikutip dari Euractiv, Kamis, 19 Desember 2024, perbedaan jumlah korban yang diperkirakan oleh NIS, yang menyebutkan setidaknya 100 korban jiwa, dengan estimasi pejabat militer AS yang menyebutkan beberapa ratus korban, disebabkan oleh analisis yang lebih konservatif oleh NIS, jelas Lee.
"Ada laporan bahwa setidaknya 100 orang tewas, dan jumlah yang terluka mendekati 1.000," kata Lee.
Ada indikasi bahwa Korea Utara sedang mempersiapkan pengiriman pasukan tambahan, tambahnya, termasuk informasi intelijen tentang pemimpin negara tersebut, Kim Jong Un, yang mengawasi pelatihan militer.
Laporan ini sejalan dengan pernyataan pejabat AS dan Ukraina yang menyebutkan bahwa kerugian Korea Utara cukup besar, dan Rusia menggunakan mereka dalam jumlah besar untuk serangan di Kursk, wilayah Rusia yang menjadi lokasi serangan lintas perbatasan Ukraina pada bulan Agustus.
Lebih dari 10.000 tentara Korea Utara telah dikerahkan untuk membantu Rusia dalam perang ini, menurut pejabat AS dan Korea Selatan. Pyongyang juga telah mengirimkan lebih dari 10.000 kontainer berisi amunisi artileri, roket anti-tank, serta howitzer mekanis dan peluncur roket.
Baik Korea Utara maupun Rusia belum secara resmi mengakui pengiriman pasukan atau suplai senjata tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi Pyongyang pada bulan Juni dan menandatangani perjanjian kemitraan strategis komprehensif dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang mencakup pakta pertahanan bersama.
Sebelumnya pada Kamis, Korea Utara mengatakan bahwa aliansi militernya dengan Rusia terbukti "sangat efektif" dalam menghadapi Amerika Serikat dan "kekuatan-kekuatan pengikutnya," sekaligus mengecam pernyataan terbaru dari Washington dan sekutunya tentang hubungan Pyongyang dan Moskow.
Korea Utara tidak menyebutkan keterlibatannya dalam perang di Ukraina atau jumlah korban jiwa.
Sebaliknya, mereka mengecam pernyataan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat bersama sembilan negara lainnya dan Uni Eropa pada Senin, yang menurut Pyongyang "memutarbalikkan dan memfitnah esensi hubungan kerja sama normal" antara Korea Utara dan Rusia.
Dalam sebuah pernyataan oleh juru bicara kementerian luar negeri yang tidak disebutkan namanya, Korea Utara menyalahkan Washington dan sekutunya atas berlangsungnya perang Ukraina serta ketidakstabilan situasi keamanan di Eropa dan Asia-Pasifik.
"Ini semua disebabkan oleh tindakan keliru Amerika Serikat dan Barat yang terus bersikeras pada kebijakan militer mereka yang destruktif, berorientasi hegemoni, dan penuh petualangan," pungkas pernyataan Kemenlu Korea Utara. (Siti Khumaira Susetyo)