Perusahaan Jepang Lebih Suka Kamala Harris Ketimbang Donald Trump

Kamala Harris. Foto: EPA.

Perusahaan Jepang Lebih Suka Kamala Harris Ketimbang Donald Trump

Arif Wicaksono • 15 August 2024 13:57

Tokyo: Semakin banyak perusahaan Jepang percaya kepemimpinan Kamala Harris akan lebih baik bagi bisnis mereka dibandingkan pemerintahan Donald Trump.

baca juga:

Kamala Harris Berpotensi Ubah Sikap AS terhadap Perang di Gaza


Berdasarkan survei Reuters, Kamis, 15 Agustus 2024, dilansir Channel News Asia, perusahaan khawatir terhadap proteksionisme dan ketidakpastian kebijakan jika Donald Trump terpilih kembali sebagai presiden Amerika Serikat (AS).

Hasil pemilihan presiden AS pada November diawasi ketat oleh negara-negara di seluruh dunia. Namun Jepang adalah sekutu dekat Washington, dengan puluhan ribu tentara AS ditempatkan di sana. Pebisnis Jepang akan merasakan dampak perang dagang AS-Tiongkok yang baru karena keduanya merupakan mitra dagang utama Jepang.
 
baca juga:  Serang Harris di Wawancara X, Trump: Dia Kandidat Berkualitas Rendah

Sekitar 43 persen perusahaan Jepang mengatakan mereka lebih memilih Harris mengingat strategi perusahaan dan rencana bisnis mereka, sementara delapan persen memilih Trump. Sebanyak 46 persen responden mengatakan salah satu kandidat akan baik-baik saja, dan tiga persen sisanya mengatakan mereka tidak akan memilih keduanya.

"Ada kemungkinan perang dagang, gesekan ekonomi dan ancaman keamanan akan terjadi di bawah pemerintahan Trump, sehingga memaksa kita untuk mengubah strategi bisnis kita," tulis seorang manajer di sebuah pabrik keramik dalam survei tersebut.

Hubungan Jepang dengan pemerintahan Trump terkadang tegang karena tuntutannya untuk memberikan lebih banyak pembayaran bantuan militer dan ketegangan perdagangan.

"Dengan Harris kebijakan yang ada saat ini akan dipertahankan secara umum. Hal ini akan memberi kita visibilitas yang lebih baik ke masa depan," kata seorang pejabat di sebuah perusahaan kimia.

Adaptasi kebijakan

Ketika ditanya perubahan apa yang mungkin diperlukan di bawah pemerintahan Donald Trump, 34 persen mengatakan strategi valuta asing mereka perlu ditinjau ulang.

Sementara itu 28 persen mengatakan rantai pasokan mereka akan disesuaikan dan 21 persen mengatakan mereka akan mengurangi operasi mereka di Tiongkok.

Trump telah melontarkan gagasan tarif universal sebesar 10 persen terhadap impor AS, yang dapat mengganggu pasar internasional, dan menerapkan tarif setidaknya 50 persen terhadap barang-barang Tiongkok.

Nikkei Research menghubungi 506 perusahaan dari 31 Juli hingga 9 Agustus atas nama Reuters untuk melakukan survei, dan 243 perusahaan menanggapinya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)