Target Swasembada Pangan Prabowo Dinilai Sulit Tercapai

Ilustrasi. Foto: MI

Target Swasembada Pangan Prabowo Dinilai Sulit Tercapai

Atalya Puspa • 29 October 2024 15:02

Jakarta: Target swasembada pangan yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto dinilai mustahil terlaksana. Hal itu diutarakan Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University Dwi Andreas Santosa jika harga beras masih fluktuatif.

“Tidak mungkin kalau kita bicara swasembada pangan. Kalau swasembada beras masih fluktuatif karena itu bergantung pada musim,” kata Dwi dilansir Media Indonesia, Selasa, 29 Oktober 2024. 
 

Baca juga: 

Zulhas Beberkan Ego Sektoral Penghambat Swasembada Pangan RI

Ilustrasi gula. Foto: MI/Fransisco Carollo Hutama Gani

Bahan pokok masih impor

Menurut Dwi, berdasarkan definisi dari Food Agriculture Organization (FAO), definisi dari swasembada pangan ialah di mana 90 persen pangan yang dikonsumsi masyarakat suatu negara diproduksi dari petani domestik, dan kurang dari 10 persen impor. 

Namun demikian, saat ini masih banyak kebutuhan bahan pokok yang didatangkan melalui impor. Ia menjabarkan, misalkan saja gandum, saat ini impor mencapai 28 persen, selain itu kedelai hampir 100 persen, bawang puting 100 persen dan bakan gula mencapai 70 persen. 

“Sehingga kalau itu dicanangkan swasembada pangan, apakah masuk akal? Jawabannya ya tidak masuk akal. Sehingga tidak mungkin, mau program apapun kita akan mencapai swasembada pangan,” ucap dia. 

Berdasarkan pengamatan Dwi, saat ini memang Indonesia masih  menjadikan nasi sebagai bahan pokok. Namun, saat usia Indonesia 100 tahun di 2045 nanti, gandum akan menduduki sebanyak 100 persen sebagai bahan pokok di Indonesia, itulah yang kemungkinan akan terjadi. Karenanya, swasembada beras sudah tidak ada artinya lagi. 

“Kita sebelum-sebelumnya sudah swasembada beras terus. Karena itu bergantung pada iklim. Tapi harus diingat yang menanam padi bukan pemerintah, yang menanam padi petani. Petani salah satunya bergantung pada fenomena iklim. Produksi naik atau turun itu terkait dengan fenomena iklim yang terjadi,” ungkap dia. 

“Tapi yang terjadi saat ini yang saya lihat ialah nanti gandum akan menjadi bahan pokok kita. Dan kalau swasembada beras, berarti sudah tidak ada artinya,” imbuh dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)