IMF: Tarif 'Balas Membalas' Asia Dapat Merusak Pertumbuhan Ekonomi

Ilustrasi IMF. Foto: Flickr

IMF: Tarif 'Balas Membalas' Asia Dapat Merusak Pertumbuhan Ekonomi

Annisa Ayu Artanti • 19 November 2024 18:28

Cebu: Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan tarif "balas membalas" dapat merusak prospek ekonomi Asia.

Hal ini akan meningkatkan biaya, sehingga mengganggu rantai pasokan. Meskipun IMF mengharapkan kawasan ini tetap menjadi mesin pertumbuhan utama bagi ekonomi global.
 
"Tarif pembalasan yang saling balas mengancam untuk mengganggu prospek pertumbuhan di seluruh wilayah, yang mengarah ke rantai pasokan yang lebih panjang dan kurang efisien," ujar Direktur IMF Asia-Pasifik Krishna Srinivasan, dalam sebuah forum di Cebu tentang risiko sistemik, dilansir Channel News Asia, Selasa, 19 November 2024.
 
Pernyataan Srinivasan ini muncul di tengah-tengah kekhawatiran atas rencana Presiden AS terpilih Donald Trump untuk memberlakukan tarif 60 persen untuk barang-barang Tiongkok dan setidaknya 10 persen pungutan untuk semua impor lainnya.
 
Tarif dapat menghambat perdagangan global, menghambat pertumbuhan di negara-negara pengekspor, dan berpotensi meningkatkan inflasi di Amerika Serikat, sehingga memaksa Federal Reserve AS untuk mengetatkan kebijakan moneter, meskipun prospek pertumbuhan global masih lemah.
 
Baca juga: 

IMF Waspadai Kenaikan Risiko Ekonomi Asia



Ilustrasi. Foto: MI

Uni Eropa memutuskan menaikkan tarif kendaraan listrik buatan Tiongkok


Pada Oktober, Uni Eropa juga memutuskan untuk menaikkan tarif pada kendaraan listrik buatan Tiongkok hingga 45,3 persen, yang memicu pembalasan dari Beijing.
 
World Economic Outlook terbaru dari IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,2 persen untuk 2024 dan 2025, lebih lemah daripada proyeksi yang lebih optimis untuk Asia, yaitu 4,6 persen untuk tahun ini dan 4,4 persen untuk tahun depan.
 
"Asia sedang menyaksikan periode transisi yang penting, menciptakan ketidakpastian yang lebih besar, termasuk risiko akut dari meningkatnya ketegangan perdagangan di seluruh mitra dagang utama," kata Srinivasan.
 
Ia juga menambahkan ketidakpastian seputar kebijakan moneter di negara-negara maju dan ekspektasi pasar yang terkait dapat memengaruhi keputusan moneter di Asia, memengaruhi arus modal global, nilai tukar, dan pasar keuangan lainnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)