PBB Prediksi Ekonomi Global Melambat di 2024

PBB. Foto: Unsplash.

PBB Prediksi Ekonomi Global Melambat di 2024

Arif Wicaksono • 5 January 2024 21:45

New York: Menurut laporan Situasi dan Prospek Ekonomi Dunia PBB tahun 2024, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan melambat dari sekitar 2,7 persen pada 2023 menjadi 2,4 persen pada 2024.

Laporan tersebut dikutip dari Xinhua, Jumat, 5 Januari 2024, menuturkan melemahnya perdagangan global, tingginya biaya pinjaman, meningkatnya utang pemerintah, rendahnya investasi, dan meningkatnya ketegangan geopolitik menempatkan pertumbuhan global dalam risiko.
 

baca juga: 

Utang Kartu Kredit Naik, Belanja Konsumen AS Sudah Pulih?



Pertumbuhan di banyak negara maju, terutama Amerika Serikat, diperkirakan akan melambat pada 2024 mengingat tingginya suku bunga, melambatnya belanja konsumen, serta melemahnya pasar tenaga kerja.

Prospek pertumbuhan jangka pendek di banyak negara berkembang, khususnya di Asia Timur, Asia Barat, Amerika Latin dan Karibia, juga memburuk karena kondisi keuangan yang lebih ketat, menyusutnya ruang fiskal dan lesunya permintaan eksternal.

Negara-negara berpendapatan rendah dan rentan menghadapi peningkatan tekanan neraca pembayaran dan risiko keberlanjutan utang. Prospek perekonomian bagi negara-negara berkembang di kepulauan kecil, khususnya, akan terhambat oleh beban utang yang besar, suku bunga yang tinggi, dan meningkatnya kerentanan terkait perubahan iklim.

"Singkatnya, dunia sedang berjuang untuk kembali ke rata-rata tahunan sebesar 3,0 persen dari 2000 hingga 2019, yang menunjukkan pertumbuhan di bawah rata-rata selama bertahun-tahun,” kata Direktur Divisi Analisis Ekonomi dan Kebijakan Departemen Luar Negeri PBB Bidang Ekonomi dan Sosial Shantanu Mukherjee.

 Perkiraan terbaru ini muncul setelah kinerja ekonomi global melebihi ekspektasi pada tahun 2023. Namun, pertumbuhan tahun lalu yang lebih kuat dari perkiraan menutupi risiko jangka pendek dan kerentanan struktural, menurut laporan tersebut.

Ekonomi AS

Pertumbuhan di Amerika Serikat diproyeksikan sebesar 1,4 persen pada 2024, menyusul perkiraan tingkat pertumbuhan sebesar 2,5 persen pada 2023. Di tengah menurunnya tabungan rumah tangga, tingginya suku bunga, dan melemahnya pasar tenaga kerja secara bertahap, belanja konsumen diperkirakan akan melemah pada 2024 dan investasi diperkirakan akan tetap lesu di Amerika Serikat.

"Meskipun kemungkinan terjadinya hard landing telah menurun secara signifikan, perekonomian AS akan menghadapi risiko penurunan yang signifikan akibat memburuknya pasar tenaga kerja, perumahan dan keuangan," kata laporan itu.

Di antara negara-negara maju, Uni Eropa akan mengalami tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi sebesar 1,2 persen pada 2024 dari perkiraan 0,5 persen pada 2023. Perekonomian Jepang akan terus melambat, dari 1,7 persen pada 2023 menjadi 1,2 persen pada 2024. Untuk negara berkembang, pertumbuhan akan sedikit turun dari 4,1 persen pada 2023 menjadi empat persen pada 2024.

Perekonomian Tiongkok akan melambat dari perkiraan 5,3 persen pada 2023 menjadi 4,7 persen pada 2024. Perekonomian India, yang diperkirakan tumbuh 6,3 persen pada 2023, akan tumbuh 6,2 persen pada 2024, menurut laporan tersebut.

Inflasi global diperkirakan akan terus menurun, dari perkiraan 5,7 persen pada tahun 2023 menjadi 3,9 persen pada tahun 2024. Namun, tekanan harga masih tinggi di banyak negara dan eskalasi konflik geopolitik lebih lanjut berisiko meningkatkan inflasi lagi, demikian laporan tersebut memperingatkan.

Kesenjangan pasar tenaga kerja

Menurut laporan tersebut, pasar tenaga kerja global mengalami pemulihan yang tidak merata dari pandemi. Di negara-negara maju, pasar tenaga kerja tetap tangguh meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan.

Namun, di banyak negara berkembang, khususnya di Asia Barat dan Afrika, indikator-indikator utama ketenagakerjaan belum kembali ke tingkat sebelum pandemi. Kesenjangan pekerjaan berdasarkan gender secara global masih tinggi, dan kesenjangan upah berdasarkan gender tidak hanya terus berlanjut namun bahkan melebar di beberapa jenis pekerjaan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)