Pemerintah Buka Opsi Cari Cadangan Impor Minyak Mentah

Jakarta: Pemerintah tengah melakukan antisipasi kemungkinan terburuk dari peningkatan eskalasi konflik Iran-Israel. Salah satunya dengan mencari cadangan impor minyak mentah (crude).
 
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan lantaran jika Selat Hormuz yang memisahkan Iran dengan Uni Emirat Arab ditutup, berdampak pada jalur perdagangan minyak dunia, karena lebih dari 20 ribu vessel (kapal) membawa puluhan juta barel minyak melintasi selat tersebut.
 
"Kita membuka kemungkinan (impor minyak mentah) di banyak tempat dan alternatifnya banyak. Kita identifikasi mana yang paling cocok. Kadang-kadang sudah ada cadangan minyaknya tapi belum tentu jenis fluida atau minyaknya cocok dengan kilang kita," kata Tutuka dilansir Media Indonesia, Selasa, 16 April 2024.
 
Saat ini sumber utama impor minyak mentah Indonesia dari Nigeria, Saudi Arabia, Angola dan Gabon.
 
Tutuka menyampaikan pihaknya tengah mengkaji sumber impor minyak mentah dari negara-negara lain. Hal ini untuk mengamankan stok minyak di dalam negeri
 
"Sekarang sudah banyak titiknya. Sekarang kita masih identifikasi lagi," ucapnya.
 

Baca juga:  Konflik Iran-Israel Bikin Harga Minyak Dunia Bisa Tembus USD100/Barel

Pemerintah hati-hati respons konflik Timteng

Tutuka menegaskan pemerintah berhati-hati dengan respons konflik geopolitik di Timur Tengah.
 
Menurutnya, jika eskalasi perang Iran dan Israel meningkat dan mengganggu jalur perdagangan di Selat Hormuz, berdampak signifikan pada suplai minyak mentah dunia.
 
"Pada intinya peran dari Selat Hormuz penting sekali. Selat itu kan bisa dipegang oleh Iran dan sangat menentukan bagaimana Pertamina menyikapi hal itu," ucap dia.
 
Tutuka juga menuturkan pascaserangan Iran ke Israel belum ada yang berdampak langsung terhadap kapal-kapal tanker yang mengangkut minyak mentah ke Indonesia.
 
"Belum ada permasalahan. Tapi kalau terjadi permasalahan seperti peningkatan eskalasi konflik, itu kan jadi rawan," ungkap dia.
 
(Insi Nantika Jelita)