Rebound Mereda, Dolar AS Merosot Lagi

Ilustrasi. Foto: Dok MI

Rebound Mereda, Dolar AS Merosot Lagi

Eko Nordiansyah • 17 June 2025 09:34

New York: Dolar AS (DXY) merosot sedikit pada Senin, 16 Juni 2025. Para pedagang memantau konflik Israel-Iran yang sedang berlangsung, di awal minggu yang mencakup sejumlah pertemuan penetapan kebijakan bank sentral, termasuk Federal Reserve.

Dikutip dari Investing.com, Selasa, 17 Juni 2025, indeks dolar yang melacak greenback terhadap sekeranjang enam mata uang lainnya, turun 0,2 persen menjadi 97,540, mengembalikan sebagian keuntungan dari beberapa sesi terakhir.

Kenaikan dolar mereda

Dolar menguat pada akhir minggu lalu karena para pedagang mencari tempat berlindung yang aman setelah serangan Israel terhadap Iran, sementara harga minyak melonjak.

Namun, sementara kedua belah pihak terus saling menyerang dengan rudal, kekhawatiran tentang negara-negara lain yang terseret ke dalam konflik regional yang lebih luas telah mereda, sementara Iran telah menjaga Selat Hormuz yang vital tetap terbuka untuk pengiriman global. Hal ini telah menyebabkan kenaikan dolar mulai mereda.

"Itu sekali lagi merupakan gejala ketidakpercayaan pasar terhadap dolar saat ini, jadi bahkan peristiwa positif dolar yang jelas seperti guncangan harga minyak yang dicampur dengan ketegangan geopolitik gagal untuk mencegah pembentukan posisi short USD yang metodis yang telah kita amati dalam beberapa bulan terakhir setiap kali dolar mencoba pemulihan," kata analis di ING, dalam sebuah catatan.
 
Baca juga: 

Harga Emas Merosot di Tengah Eskalasi di Timur Tengah



(Ilustrasi dolar AS. Foto; Dok MI)

Kebijakan bank sentral

Ketegangan geopolitik ini, dan kenaikan harga minyak yang terkait, adalah perubahan terbaru bagi para pembuat kebijakan bank sentral untuk bekerja, dengan Federal Reserve secara luas diharapkan untuk tetap pada kesimpulan dari pertemuan dua hari terakhirnya pada hari Rabu.

Bank sentral AS telah mempertahankan suku bunga dana federal pada 4,25 hingga 4,50 persen sejak terakhir kali dilonggarkan pada Desember. “The Fed kini dapat menggunakan volatilitas pasar energi sebagai argumen untuk menangkis seruan Presiden AS Donald Trump untuk pemangkasan suku bunga sembari menilai besarnya dampak tarif terhadap inflasi,” imbuh ING.

Investor juga akan mencari kemajuan menuju kesepakatan perdagangan di sela-sela pertemuan para pemimpin Kelompok Tujuh di Kanada minggu ini, dengan dolar AS telah kehilangan lebih dari Sembilan persen tahun ini karena investor tetap gelisah atas tenggat waktu Trump untuk kesepakatan perdagangan yang akan jatuh tempo sekitar tiga minggu lagi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)