Ilustrasi mi instan. Foto: Freepik.
Husen Miftahudin • 21 August 2025 21:06
Jakarta: Pengamat ekonomi Indef Andry Satrio menilai langkah strategis diplomasi Presiden Prabowo Subianto yang berhasil menyunat tarif perdagangan Amerika Serikat (AS) terhadap produk Indonesia membawa dampak besar terhadap industri pangan nasional, khususnya pada produk mi instan.
Upaya pemerintah melakukan negosiasi perdagangan dengan AS, berhasil menurunkan tarif impor produk-produk Indonesia masuk AS dari 32 persen menjadi 19 persen. Hal ini diyakini dapat menekan biaya produksi dan memperkuat daya saing industri dalam negeri.
"Kami melihat harapannya tidak hanya untuk konsumsi domestik, tetapi juga agar produk olahan ini dapat diekspor ke luar negeri. Kita tahu produk mi instan kita sudah berorientasi ekspor dari segi kualitas, dan dengan biaya input yang jauh lebih rendah, gandum menjadi lebih murah," kata Andry dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 21 Agustus 2025.
Lebih lanjut Andry menjelaskan, penurunan tarif tersebut merupakan hasil kesepakatan strategis Indonesia-AS yang disertai komitmen Indonesia untuk membeli gandum Amerika senilai USD500 juta.
Diketahui, gandum merupakan bahan baku vital dalam produksi mi instan. Sementara Indonesia tidak memproduksi gandum karena faktor iklim tropis yang tidak sesuai untuk tanaman tersebut. Seluruh kebutuhan gandum nasional harus diimpor, dan AS selama ini menjadi salah satu pemasok utama.
Baca juga: Tarif AS Diyakini Tak Berdampak Besar bagi Ekonomi Indonesia |