Profil Peter Shearer, Pendiri Wahyoo dan Pendorong Warteg 'Naik Kelas'

Peter Shearer Setiawan, Founder dan CEO of Wahyoo. (MI/Pius Erlangga)

Profil Peter Shearer, Pendiri Wahyoo dan Pendorong Warteg 'Naik Kelas'

Riza Aslam Khaeron • 28 October 2025 08:18

Jakarta: Peringatan ke-97 Hari Sumpah Pemuda pada Selasa, 28 Oktober 2025 menjadi momen yang pas untuk kembali menyoroti pentingnya peran anak muda dalam mendorong perubahan nyata di masyarakat.

Semangat ini bukan sekadar bagian dari sejarah, tapi masih hidup dalam aksi-aksi konkret anak muda masa kini yang memilih untuk turun langsung ke lapangan dan menghadirkan solusi.

Salah satu sosok yang mencerminkan semangat itu adalah Peter Shearer. Ia dikenal sebagai pendiri Wahyoo, sebuah startup yang fokus memberdayakan warteg di Indonesia melalui pendekatan teknologi. 

Pilihan Peter untuk beralih dari industri teknologi ke pemberdayaan UMKM bukan langkah biasa. Ia meninggalkan zona nyaman demi misi sosial: membantu para pemilik warung kecil agar bisa berkembang, bersaing, dan bertahan di tengah arus digitalisasi yang kian cepat.

Namanya masuk dalam daftar Forbes Fortune Indonesia "40 Under 40" serta program TV Metro TV Juragan Jaman Now.

Lantas, bagaimana perjalanan karier Peter Shearer hingga ia memilih jalur pemberdayaan warung tradisional lewat teknologi? Berikut penelusurannya.
 

Dari Inovasi Digital ke Warteg Digital: Perjalanan Peter Shearer


Foto: Peter Shearer dan Presiden Prabowo Subianto. (Instagram/@petershearer)

Peter Shearer, yang memiliki nama lengkap Peter Shearer Setiawan, lahir di Jakarta pada 11 Desember 1983. Ia menyelesaikan pendidikan Diploma Advertising di Imago. Peter memulai kiprahnya di industri digital sejak 2007, jauh sebelum istilah "startup" dan "aplikasi" menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia.

Saat itu, ia mulai merancang aplikasi ponsel ketika smartphone bahkan belum dikenal luas di pasar domestik. Ketertarikannya pada dunia teknologi membawanya mengeksplorasi teknologi Augmented Reality (AR)—sebuah inovasi yang pada masa itu masih terdengar asing.

Bersama timnya, Peter merancang sistem yang dapat memproyeksikan objek digital ke dalam dunia nyata secara real time—konsep yang kini akrab melalui gim seperti Pokémon Go atau filter Instagram.

Kariernya semakin menanjak saat bergabung dengan WIR Group pada akhir 2009. Di sana, ia menjabat sebagai Managing Director AR&Co, unit bisnis yang kemudian berkembang menjadi perusahaan teknologi AR terbesar di Asia, melayani berbagai klien dari Indonesia hingga Eropa.

Ia kemudian dipercaya sebagai Chief Business Development Officer, memimpin pengembangan lini bisnis baru, perencanaan strategis, serta ekspansi ke industri media digital dan hiburan teknologi.

Pilih jalur tidak biasa


Namun pada puncak kenyamanan itu, Peter justru memilih jalur yang tidak biasa. Terinspirasi oleh platform seperti Gojek yang memberdayakan pengemudi ojek tradisional, ia membayangkan hal serupa bisa diterapkan untuk warung makan kecil seperti warteg, warmindo, dan warkop.

Pada 2017, lahirlah Wahyoo, startup yang ia bangun dari latar belakang pengalaman bisnis kuliner dan teknologi. Wahyoo menjadi platform yang menyediakan sistem digital menyeluruh—mulai dari suplai bahan baku, pelatihan pemilik warung, branding visual, hingga sistem operasional yang efisien.

Menurut Peter, peningkatan visual tempat usaha penting agar konsumen nyaman, sementara sistem yang baik akan menekan biaya dan meningkatkan penjualan.

Peter menyebut konsepnya sebagai platform end-to-end untuk UMKM kuliner. Per akhir 2023, Wahyoo telah bermitra dengan lebih dari 17.000 warung makan di seluruh Indonesia, dari Jabodetabek hingga kota-kota lapis kedua.
 
Baca Juga:
Profil Muhammad Sadad, Pendiri Jenama Fesyen Lokal yang Go Internasional

Tekad Peter untuk membenahi warteg tak lepas dari pengalaman pribadinya belasan tahun lalu saat keuangannya masih terbatas. Dengan penghasilan yang minim, ia sangat bergantung pada warteg untuk kebutuhan makan sehari-hari.

Ia mengaku kerap makan di tempat yang sumpek dan tidak higienis, bahkan pernah mendapati rambut dan kerikil di makanannya.

Pengalaman tersebut tertanam kuat dan menjadi pemicu semangatnya untuk mengangkat derajat warteg agar bisa lebih bersih, nyaman, dan layak dikunjungi. Baginya, warteg bukan sekadar tempat makan murah, tapi bagian dari sistem ketahanan ekonomi rakyat yang selama ini terpinggirkan.

"Saya mengamati jalanan Jakarta. Ritel-ritel di jalanan begitu sangat berkembang. Banyak sekali rumah makan atau warteg, tetapi perbedaan dengan ritel ini begitu mencolok. Lalu saya berpikir apakah saya bisa membantu dan mengembangkan usaha mereka," kata Peter yang ditemui Media Indonesia di Jakarta, Maret 2018.

Lewat Wahyoo, ia ingin menghapus stigma negatif terhadap warteg dan menjadikannya sebagai tempat yang membanggakan baik bagi pemilik maupun pelanggannya.

Nama Wahyu sendiri berasal dari kata "wahyu" yang berarti kebaikan dari tuhan untuk manusia.

"Saya harap Wahyoo ini memberikan pesan kebaikan untuk pelaku usaha. Kenapa namanya kita pakai huruf O? Karena itu, biar lebih mengikuti era digital, lihat Facebook pake O, Yahoo pake O," terang Peter.

Kesuksesan itu bukan tanpa rintangan. Peter pernah berkali-kali gagal. Ia pernah membuka bisnis konveksi, toko mainan, toko sulap, hingga katering.

Ujian lain datang saat pandemi Covid-19 melanda. Pendapatan sekitar 50 persen warteg dalam jejaring Wahyoo tergerus akibat pembatasan sosial dan kebijakan kerja dari rumah yang membuat warteg di sekitar area perkantoran kehilangan pelanggan.

Semua itu tak bertahan lama. Namun pengalaman-pengalaman itu membentuk mentalnya—bahwa jatuh bangun adalah bagian dari proses. Ia menyimpulkan bahwa kesuksesan sejati adalah ketika hasil dari usaha bisa memberi manfaat pada orang lain.

Pengakuan atas kiprahnya datang dari berbagai arah. Ia masuk dalam daftar Forbes Fortune Indonesia "40 Under 40", tampil di media seperti Metro TV Juragan Jaman Now. Ia juga diundang sebagai pembicara di berbagai forum digital dan kewirausahaan, menjelaskan visinya soal ekonomi kerakyatan dan inklusi teknologi.
 

Jong Indonesia Festival

Hadir dan saksikan Jong Indonesia Festival yang digelar di Gedung Pusat Perfilman H Umar Ismail pada 30 Oktober 2025. Seluruh kegiatan dapat disaksikan langsung via YouTube Metro TV. 

Kegiatan ini akan menghadirkan pemuda-pemudi dengan beragam latar belakang. Peter Shearer, Inayah Wulandari Wahid, dan GPH Bhre Sudjiwo sebagai tokoh pemuda pewaris keluarga sukses akan hadir sebagai narasumber.

Kemudian, Muhammad Sadad, Andanu Prasetyo, dan Merry Riana sebagai tokoh muda yang berhasil merintis dan membangun karier dan bisnis di berbagai bidang. Selanjutnya, Robinson Sinurat, Carina Joe, Arvy Egadipoera dengan latar tokoh muda di bidang pengetahuan yang turut serta membangun bangsa.

Begitu juga, Sudaryono, Maman Abdurrahman, dan Mochamad Nur Arifin, tokoh muda yang membangun karier politik dan kini dipercaya menjadi pemimpin Indonesia. Kegiatan ini juga disemarakkan penampilan musik dari Dere dan stand-up comedy dari Gianluigi Christoikov.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Surya Perkasa)