Israel Bersikeras Tetap Pegang Kendali Gaza, Meski Ada Gencatan Senjata

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto: Anadolu

Israel Bersikeras Tetap Pegang Kendali Gaza, Meski Ada Gencatan Senjata

Fajar Nugraha • 27 October 2025 09:19

Tel Aviv: Israel bersikeras bahwa mereka akan mempertahankan kendali keamanan di Gaza meskipun telah menandatangani gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat (AS) yang memperkirakan pengerahan pasukan keamanan internasional.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan kepada para menteri bahwa Israel akan memutuskan sendiri di mana dan kapan akan menyerang musuh-musuhnya dan negara mana yang akan diizinkan mengirim pasukan untuk mengawasi gencatan senjata.

"Israel adalah negara merdeka. Kami akan membela diri dengan cara kami sendiri dan kami akan terus menentukan nasib kami," kata Netanyahu, seperti dikutip dari Anadolu, Senin 27 Oktober 2025.

"Kami tidak meminta persetujuan siapa pun untuk ini. Kami mengendalikan keamanan kami,” ungkap Netanyahu dengan penuh kesombongan.

Rekaman AFP menunjukkan konvoi Mesir di Gaza membawa tim penyelamat dan alat berat untuk mempercepat pencarian jenazah sandera Israel yang menurut Hamas hilang di reruntuhan wilayah Palestina yang hancur.

Truk-truk pengangkut barang berbendera Mesir mengangkut buldoser dan alat penggali mekanis ke Gaza, disertai truk-truk pengangkut barang yang membunyikan klakson dan menyalakan lampu, dalam perjalanan menuju komite bantuan Mesir yang bermarkas di Al-Zawayda.

Juru bicara pemerintah Israel, Shosh Bedrosian, mengatakan bahwa Netanyahu secara pribadi telah menyetujui kedatangan tim Mesir tersebut.

"Saat ini, ini hanyalah tim teknis, dan tidak satu pun dari personel ini berasal dari militer," ujar Bedrosian.

"Tim ini diizinkan masuk melewati Garis Kuning IDF (Pasukan Zionis Israel) ke wilayah Gaza untuk melakukan pencarian sandera kami,” kata Bedrosian.

Berdasarkan ketentuan gencatan senjata yang ditengahi AS, ketika pasukan Israel mundur setelah berakhirnya dua tahun pertempuran brutal melawan Hamas, pasukan internasional, yang diperkirakan akan didatangkan dari negara-negara yang sebagian besar Arab atau Muslim, akan ditugaskan untuk mengamankan Gaza.

Namun Israel menentang peran apa pun bagi rival regionalnya, Turki, dan Netanyahu -,yang dikecam oleh kelompok garis keras di koalisinya sendiri karena menyetujui gencatan senjata,- mengambil sikap tegas pada hari Minggu ketika para menteri pemerintah bertemu di Yerusalem.

"Kami menegaskan sehubungan dengan pasukan internasional bahwa Israel akan menentukan pasukan mana yang tidak dapat kami terima," ujar Netanyahu, sehari setelah Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengakhiri kunjungan terakhirnya dalam serangkaian kunjungan tingkat tinggi oleh para pejabat Washington.

Kemudian, Bedrosian menyatakannya dengan lebih tegas: "Perdana menteri telah mengatakan bahwa hal itu akan dilakukan dengan cara mudah atau cara yang sulit, dan Israel akan memiliki kendali keamanan menyeluruh atas Jalur Gaza."

"Gaza akan didemiliterisasi dan Hamas tidak akan memiliki peran dalam memerintah rakyat Palestina,” ucap Bedrosian.

Impian anak-anak

Badan-badan bantuan mengeluh bahwa konvoi kemanusiaan masih belum memiliki akses yang cukup ke Gaza untuk meringankan kondisi kelaparan di beberapa bagian wilayah tersebut, dan keluarga-keluarga di sana masih kelaparan.

Para jurnalis AFP mengikuti keluarga nenek berusia 62 tahun, Hiam Muqdad, selama sehari di lingkungan mereka di Kota Gaza. Mereka tinggal di tenda di samping rumah mereka yang hancur, sementara cucu-cucunya yang bertelanjang kaki mengumpulkan sampah rumah tangga dan ranting untuk dibakar guna memanaskan air.

"Ketika mereka mengatakan ada gencatan senjata, ya Tuhan, air mata kebahagiaan dan kesedihan mengalir dari mata saya," kata Muqdad kepada AFP.

"Mimpi masa kecil itu telah sirna. Dulu mereka biasa pergi ke taman, tetapi sekarang anak-anak bermain di reruntuhan,” imbuh Muqdad.

Israel telah menarik pasukannya di Gaza ke wilayah yang disebut "Garis Kuning" tetapi tetap menguasai lebih dari separuh wilayah tersebut, menyetujui setiap konvoi bantuan PBB yang melewati perbatasannya, dan telah melancarkan setidaknya dua serangan sejak gencatan senjata.

Untuk menggarisbawahi kemandirian Israel dalam bertindak, Netanyahu mengatakan telah menggempur Gaza dengan 150 ton amunisi pada 19 Oktober setelah dua tentaranya tewas, dan telah melancarkan serangan pada hari Sabtu yang menargetkan seorang militan Jihad Islam.

Amerika Serikat dan sekutunya telah mendirikan pusat pemantauan gencatan senjata di Israel selatan -,Pusat Koordinasi Sipil-Militer (CMCC),- dan mengirimkan sejumlah pejabat tinggi dari pemerintahan Presiden Donald Trump untuk mendorong gencatan senjata.

Serangan Israel terbaru terjadi tepat ketika Rubio meninggalkan Yerusalem, tetapi diplomat tinggi Washington tersebut mengatakan ia tetap optimistis gencatan senjata akan berlaku secara luas jika Hamas setuju untuk melucuti senjata dan menyerahkan kekuasaan Gaza.

Rubio mengatakan kepada wartawan bahwa Washington tidak memperkirakan Garis Kuning akan menjadi perbatasan baru Gaza dan bahwa Israel pada akhirnya akan mundur.

"Saya pikir, pada akhirnya, tujuan pasukan stabilisasi adalah untuk memindahkan garis tersebut hingga, semoga, mencakup seluruh Gaza, yang berarti seluruh Gaza akan didemiliterisasi," ujar Rubio kepada para wartawan di pesawatnya saat ia terbang ke Qatar.

Faksi-faksi utama Palestina, termasuk Hamas, telah sepakat untuk membentuk komite teknokrat untuk mengelola Gaza di samping upaya gencatan senjata dan rekonstruksi.

Namun, Hamas telah menolak seruan untuk segera melucuti senjatanya dan telah melancarkan tindakan keras terhadap geng-geng Palestina dan kelompok-kelompok bersenjata saingan di Gaza.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)