Sepak takraw (dok. Kemenpora)
Medcom • 11 October 2025 15:31
Jakarta: Rudianto Manurung kembali terpilih secara aklamasi untuk memimpin Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) Riau periode 2025-2029. Dia berkomitmen ingin membawa sepak takraw Indonesia melenggang ke panggung dunia.
Dia ingin membawa sepak takraw Indonesia menjuarai Kejuaraan Dunia ISTAF yang digelar empat tahun sekali, serta King’s Cup, turnamen tahunan paling bergengsi di bawah Federasi Sepak Takraw Internasional.
"Sepak takraw bukan olahraga kecil. Ini warisan budaya yang bisa jadi kebanggaan bangsa," ujar Rudianto dalam keterangannya, Sabtu, 11 Oktober 2025.
Dia menceritakan ketika pertama kali menjabat Ketua PSTI Riau pada 2021, organisasi itu dalam kondisi nyaris mati suri. Kepengurusan lama vakum, turnamen sepi, dan atlet kehilangan arah. Tapi, dia memilih membangkitkan olahraga ini mulai dari bawah.
Dia berkeliling ke kabupaten satu per satu, Rokan Hulu, Bengkalis, Indragiri Hilir, untuk membangkitkan kembali semangat pelatih dan pemain. Dia tahu betul sepak takraw bukan sekadar olahraga, tapi bagian dari identitas Melayu yang mesti dijaga.
"Kalau bukan kita yang merawat, siapa lagi?" ujar Rudianto.
Di masa kepemimpinannya, Rudianto memprioritaskan pembinaan berjenjang. Dia memperbanyak kompetisi lokal, membuka pelatihan usia dini, menggandeng KONI dan Dispora untuk memperkuat infrastruktur. Langkah-langkah kecil itu membuahkan hasil besar.
Dua tahun kemudian, Riau menjadi salah satu daerah penyumbang atlet terbanyak bagi tim nasional sepak takraw Indonesia. Dari tanah Melayu ini, lahir nama-nama seperti Muhammad Hafiz dan Wan Annisa, yang menyumbangkan medali emas, perak, serta perunggu di SEA Games 2023 Kamboja.
"Anak-anak Riau bisa bersaing di level Asia Tenggara. Mereka hasil kerja keras pembinaan yang kami tanam sejak awal," kata Rudianto.
Baca Juga:
Konsep Triple Badminton Didorong untuk Pertandingan Resmi Nasional |
Selepas rapat di kantor PSTI Riau beberapa waktu lalu, Rudianto sempat melihat beberapa anak muda masih giat berlatih pada malam hari. Dia berharap mereka bisa meraih kesuksesan di masa mendatang.
"Kalau nanti ada di antara mereka berdiri di podium dunia, itu sudah cukup bagi saya," kata Rudianto.
Dia tahu mungkin tak semua pengorbanannya akan tercatat. Tapi, dia menganggap sepak takraw bukan soal penghargaan pribadi, melainkan tentang menyalakan api yang lebih besar.