Plakat lambang Kedutaan Besar Israel. Foto: RTE
Fajar Nugraha • 1 August 2025 17:05
Abu Dhabi: Pemerintah Israel memutuskan menarik sebagian besar staf diplomatik beserta keluarga mereka dari Uni Emirat Arab (UEA), menyusul peningkatan level peringatan perjalanan yang dikeluarkan Dewan Keamanan Nasional (NSC) Israel bagi warganya di Negara Teluk tersebut.
Dalam pernyataan resminya, NSC menyebut adanya ancaman serius dari kelompok-kelompok teroris seperti Iran, Hamas, Hizbullah, dan faksi-faksi jihad global, yang diduga tengah meningkatkan upaya untuk menyerang warga maupun komunitas Yahudi dan Israel di UEA, terutama menjelang hari-hari besar keagamaan Yahudi dan akhir pekan.
“Kami mempertegas peringatan perjalanan ini berdasarkan informasi bahwa organisasi-organisasi teroris seperti Iran, Hamas, Hizbullah, dan kelompok Jihad Global tengah meningkatkan niat dan kemampuannya untuk melukai warga Israel,” kata NSC dalam pernyataan tersebut dan dikutip India Today, Jumat, 1 Agustus 2025.
Pejabat keamanan Israel mengaitkan peningkatan ancaman ini dengan operasi militer terbaru yang menargetkan kepentingan Iran serta memburuknya kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza. Keduanya dinilai memperbesar kemungkinan serangan balasan terhadap perwakilan dan warga Israel di luar negeri.
Kekhawatiran ini muncul seiring meningkatnya retorika anti-Israel dan ketegangan geopolitik di kawasan, yang dinilai memperbesar risiko bagi diplomat dan komunitas Israel di wilayah Teluk, termasuk UEA.
Hubungan diplomatik antara Israel dan UEA baru terjalin secara resmi pada 2020 melalui Kesepakatan Abraham yang difasilitasi Amerika Serikat. Perjanjian ini membuka jalan bagi pertukaran duta besar, pembukaan kedutaan, dan kerja sama di berbagai sektor, mulai dari perdagangan hingga keamanan.
Sejak itu, komunitas Yahudi dan Israel di UEA berkembang secara signifikan dan menjadi lebih terlihat di ruang publik. Namun, meski UEA dikenal sebagai salah satu negara paling aman di kawasan Timur Tengah, peningkatan ancaman belakangan ini menimbulkan kekhawatiran baru, khususnya bagi perwakilan diplomatik Israel.
Kementerian Luar Negeri kedua negara belum memberikan tanggapan resmi terkait keputusan penarikan staf ini.
Keputusan penarikan ini juga dipengaruhi oleh insiden pembunuhan seorang rabi berdarah Israel-Moldova di UEA pada November tahun lalu. Tiga orang telah dijatuhi hukuman mati atas kasus tersebut pada Maret lalu. Peristiwa langka itu semakin memperkuat kekhawatiran akan risiko keamanan yang dihadapi warga dan tokoh Yahudi di negara tersebut.
(Muhammad Reyhansyah)