Suasana musala Ponpes Al Khoziny bagian depan yang aman dari reruntuhan. (Metrotvnews.com/Amal)
Amaluddin • 7 October 2025 15:46
Sidoarjo: Bau anyir bercampur disinfektan masih menyengat di sekitar reruntuhan musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Kawasan yang sebelumnya ramai oleh lantunan doa dan canda tawa santri kini berubah menjadi hamparan puing dan debu.
Reruntuhan bangunan musala kini telah rata dengan tanah, meninggalkan kesunyian yang begitu dalam. Hanya detak jam dinding di mimbar imam yang masih terdengar, seolah menjadi saksi bisu tragedi di antara puing-puing yang berserakan.
Di sisi Selatan, area tempat wudu tampak lusuh dan penuh noda debu serta lumpur. Deretan kran air berdiri diam tanpa setetes air, sementara di bawahnya berserakan pecahan genting dan serpihan kayu bekas bangunan.
Di antara tumpukan puing, masih terlihat sisa-sisa kehidupan santri yang tertinggal. Kopiah, baju koko, hingga kitab suci yang berdebu berserakan di lantai yang dulu menjadi tempat mereka bersujud dengan khusyuk.
Tak jauh dari lokasi utama, bangunan asrama putra berlantai empat berdiri kosong melompong. Suara canda dan langkah kaki para santri telah hilang, digantikan oleh kesunyian yang menyayat hati.
“Yang kami tutup hari ini adalah operasi pencarian dan pertolongan. Setelah ini proses berlanjut pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan ditangani oleh BNPB,” kata Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, Selasa, 7 Oktober 2025.
Baca Juga : Keberlanjutan Pendidikan Santri Ponpes Al Khoziny Menunggu Hasil Musyawarah Besar Pengurus
Di setiap lantai asrama, masih tergantung baju-baju santri yang belum sempat diambil. Pakaian-pakaian itu melambai pelan tertiup angin sore, seakan merindukan pemiliknya yang tak lagi bisa kembali.
Suasana hening sesekali pecah oleh langkah petugas SAR, pengurus pondok, dan wartawan yang mendokumentasikan kondisi terakhir. Di sisi Selatan, bangunan tiga lantai yang diduga ruang kelas ikut terdampak dengan dinding berlubang besar.
Dua alat berat eskavator dan crane masih terparkir di lokasi musala yang ambruk. Basarnas belum menarik keluar peralatan tersebut karena masih menunggu proses lanjutan dari tim penanganan pascabencana.
Operasi pencarian dan pertolongan korban ambruknya musala resmi ditutup setelah berjalan sembilan hari. Tim SAR berhasil mengevakuasi 171 korban dengan rincian 104 orang selamat dan 67 meninggal dunia, termasuk tujuh potongan tubuh yang telah diidentifikasi.
Syafii menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang terlibat dalam operasi selama sembilan hari. “Kami berterima kasih atas sinergi semua pihak. Mudah-mudahan upaya dan pengorbanan rekan-rekan tidak sia-sia,” ucap Syafii.
Tragedi memilukan ini terjadi ketika para santri sedang menunaikan salat Asar berjemaah. Bagian bangunan yang ambruk merupakan struktur musala yang ditingkat menjadi empat lantai, dengan proses pengecoran lantai empat yang sedang berlangsung.
Kini, tempat yang dulu menjadi pusat aktivitas keagamaan dan pendidikan itu hanya meninggalkan kesunyian dan duka mendalam. Reruntuhan itu bukan sekadar tumpukan beton, tetapi juga menyimpan kenangan ratusan santri yang pernah mengaji dan beribadah di tempat tersebut.