Pembunuhan Guru Yahukimo: Pelanggaran HAM yang Mengancam Papua

Evakuasi jenazah guru/Istimewa

Pembunuhan Guru Yahukimo: Pelanggaran HAM yang Mengancam Papua

M Rodhi Aulia • 23 March 2025 17:57

Jakarta: Pembunuhan guru serta pembakaran empat sekolah di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan oleh kelompok bersenjata OPM mendapat sorotan tajam. Tindakan brutal ini dinilai sebagai serangan terhadap hak asasi manusia (HAM) dan masa depan generasi Papua.

Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menegaskan bahwa peristiwa ini bukan hanya sekadar kehilangan nyawa, tetapi juga penghancuran harapan dan gangguan terhadap sektor pendidikan dan kesehatan, yang merupakan pilar utama pembangunan.

“Kelompok yang mengaku bagian dari TPNPB-OPM kerap menuduh korbannya sebagai mata-mata. Ini pola lama yang terus diulang—tuduhan yang digunakan untuk membenarkan kekerasan, menebar ketakutan, dan memperkuat posisi mereka di tengah masyarakat yang sudah lama dilanda krisis kepercayaan,” ujar Fahmi kepada wartawan, Minggu, 23 Maret 2025.

“Tak ada pembenaran apa pun untuk membunuh warga sipil. Apalagi mereka yang bekerja di garis depan kemanusiaan. Tuduhan sepihak tak bisa dijadikan dasar untuk menghilangkan nyawa. Ini bukan perjuangan—ini terorisme,” lanjutnya.

Fahmi juga menekankan bahwa segala bentuk kekerasan terhadap warga sipil merupakan pelanggaran HAM berat, terlepas dari siapa pelakunya.

“Bagaimanapun, kekerasan terhadap warga sipil tetaplah pelanggaran HAM, siapa pun pelakunya—baik negara maupun aktor bersenjata non-negara,” ucap dia.

Baca juga: TNI Evakuasi Jenazah Guru Korban OPM di Distrik Anggruk

Dalam pernyataan yang beredar di media, juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, mengklaim bertanggung jawab atas aksi tersebut. Pengakuan ini semakin memperkuat indikasi bahwa kelompok ini menargetkan warga sipil untuk menebar ketakutan dan memperkuat posisi mereka di wilayah konflik.

Dalam upaya menangani situasi ini, aparat keamanan melakukan evakuasi jenazah korban serta meningkatkan patroli di wilayah rawan guna mencegah kejadian serupa terulang. Tim Satgas Koops TNI Habema Kogabwilhan III mengevakuasi jenazah para korban dari Distrik Anggruk, Yahukimo, pada 23 Maret 2025.

“Evakuasi dilakukan dengan pengamanan ketat mengingat kondisi di Distrik Anggruk masih sangat rawan. Tim kami harus menghadapi medan berat dan potensi gangguan dari kelompok bersenjata. Namun, berkat koordinasi yang baik, jenazah korban berhasil dibawa ke Bandara Dekai, Kabupaten Yahukimo, untuk proses identifikasi lebih lanjut,” ujar Letkol Inf Gustiawan, Dansatgas Rajawali II Koops TNI Habema Kogabwilhan III.

Selain mengevakuasi korban, aparat juga mendokumentasikan kerusakan akibat aksi pembakaran sekolah yang dilakukan oleh kelompok bersenjata. Pangkoops Habema Mayjen TNI Lucky Avianto menegaskan komitmen untuk menjamin keamanan di wilayah tersebut.

“Satgas Habema hadir sebagai bagian dari upaya negara dalam memastikan setiap warga negara, termasuk tenaga pendidik, dapat hidup dan bekerja dengan aman. Kami telah mengerahkan personel untuk mengevakuasi jenazah korban, serta mengamankan lokasi agar situasi tetap terkendali,” ujar Mayjen TNI Lucky Avianto.

Hingga saat ini, aparat masih melakukan pencarian terhadap pelaku dan meningkatkan patroli di wilayah rawan. Mayjen TNI Lucky Avianto juga mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan segera melaporkan aktivitas mencurigakan demi menjaga keamanan bersama.

Peristiwa ini menunjukkan perlunya evaluasi mendalam terhadap strategi keamanan di Papua, termasuk upaya perlindungan bagi tenaga pendidik dan tenaga medis yang bekerja di daerah rawan konflik. Sinergi antara aparat keamanan, pemerintah daerah, dan masyarakat sipil harus diperkuat guna mencegah terulangnya tragedi serupa.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Rodhi Aulia)