Tak Dapat siswa Baru, 1 SMP Swasta di Kulon Progo Tutup

SMP Maarif Yani di Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo tutup. Metrotvnews.com/Ahmad Mustaqim

Tak Dapat siswa Baru, 1 SMP Swasta di Kulon Progo Tutup

Ahmad Mustaqim • 13 July 2025 08:23

Yogyakarta: Sebuah gedung sekolah di tepi gang jalan perkampungan di Desa Kembang, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sudah tak ada aktivitas. Geliat memasuki tahun ajaran baru tak ada denyut nadi aktivitas belajar mengajar di gedung tersebut. 

SMP Ma'arif Yani di Kecamatan Nanggulan telah resmi tutup mulai tahun ajaran 2025/2026. Tak ada siswa satupun yang masuk ke sekolah tersebut. "Sekolah ini sudah resmi tutup karena tidak mendapatkan satupun siswa," kata Kepala SMP Ma'arif Yani, Nuryani pada Sabtu, 12 Juli 2025. 

Keputusan pahit dengan menutup sekolah harus diambil dengan melihat berbagai kondisi. Pihak pengelola, yayasan, hingga guru sudah menggelar rapat internal sebelum memutuskan keputusan final itu. 

Nuryani mengatakan elemen yang ada di sekolah sudah melakukan beragam cara untuk bisa bertahan. Ia mengatakan para guru sudah mencoba datang dari pintu ke pintu mencari calon siswa, namun hasilnya nihil. 

"Kami juga datang ke kader-kader NU (Nahdlatul Ulama) tapi tidak ada yang berminat (mendaftarkan anaknya ke SMP Ma'arif Yani)," kata dia. 
 

Baca: 811 Sekolah Swasta di Banten Siap Jalankan Program Sekolah Gratis

Ia mengatakan orang tua dan anak-anak lulusan SD/MI lebih berminat melanjutkan ke sekolah negeri atau ke pondok pesantren. Menurutnya, sudah dalam tiga tahun terakhir krisis peserta didik mendera sekolah swasta di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma'arif NU tersebut. 

Sebetulnya, ada 13 siswa yang lulus pada tahun ajaran 2024/2025. Sementara, hanya ada tiga siswa tersisa, yakni satu siswa kelas VIII dan dua siswa kelas VII. Orang tua atau wali murid tiga siswa tersebut kemudian diminta mencarikan sekolah untuk pindah melanjutkan pendidikannya. Sebanyak dua siswa melanjutkan ke SMP Muhammadiyah 1 Kalibawang dan satu siswa ke SMP Muhammadiyah 2 Samigaluh. 

Menurut Nuryani, sejak ada jalur zonasi untuk pendaftaran sekolah negeri secara perlahan membuat siswa yang mendaftar terus merosot. Padahal, ia mengatakan, sebelum ada jalur zonasi masih ada siswa yang mendaftar di SMP Ma'arif Yani. 

"Jadi saat itu bukan siswa buangan statusnya karena memang daftar di SMP Ma'arif Yani, memang berminat di sini terutama dari kader NU," katanya.

Merosotnya jumlah siswa membuat guru dan tenaga pendidik hanya mendapat honor Rp12.500 per jamnya. Ia memperkirakan honor per bulannya para guru dan tenaga kependidikan di sekolah tersebut hanya Rp300 ribu. 

SMP Ma'arif Yani sudah berdiri sejak 1967 yang dulunya SMP Yani. Sekolah ini berubah nama menjadi SMP Ma'arif Yani pada 1986 ketika berada di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma'arif NU.

Ia kini hanya bisa pasrah menerima keadaan. Sekolah tutup, ada seorang guru dan dua tenaga kependidikan kini masih menganggur. Di sisi lain, Nuryani memutuskan melanjutkan pengabdian di dunia pendidikan dengan menjadi guru di SMP Muhammadiyah 1 Kalibawang. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Whisnu M)