Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. (EPA-EFE)
Kyiv: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kembali menegaskan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin belum menunjukkan kesediaan untuk mengakhiri perang. Pernyataan ini disampaikan hampir sepekan setelah Ukraina menyetujui usulan gencatan senjata yang diinisiasi Amerika Serikat.
"Dalam hitungan jam, genap sepekan sejak usulan gencatan senjata di udara, laut, dan garis depan disampaikan oleh AS. Implementasi usulan ini seharusnya sudah dimulai sejak lama. Setiap hari di masa perang berarti nyawa manusia yang dipertaruhkan," ujar Zelensky dalam video yang diunggah di media sosial X.
Zelensky menegaskan bahwa dunia kini dapat melihat dengan jelas bahwa Putin adalah pihak yang bertanggung jawab dalam memperpanjang konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun.
"Selama sepekan ini, Putin tidak mampu mengucapkan ‘iya' terhadap usulan gencatan senjata. Ia berbicara apa pun yang ia inginkan, tetapi bukan apa yang diinginkan seluruh dunia. Usulan gencatan senjata tanpa syarat ini pada dasarnya bertujuan menyelamatkan nyawa dan memberi kesempatan bagi para diplomat untuk bekerja mewujudkan keamanan dan perdamaian berkelanjutan. Namun, Rusia terus mengabaikannya," tegas Zelensky, seperti dilansir News Max, Selasa, 18 Maret 2025.
Ia juga menyerukan komunitas internasional untuk meningkatkan tekanan terhadap Moskow agar menerima kenyataan bahwa perang harus diakhiri.
Trump Sebut Kesepakatan Damai Semakin Dekat
Di tengah kebuntuan ini, Presiden AS, Donald Trump, dijadwalkan berbicara langsung dengan Putin melalui sambungan telepon pada Selasa 18 Maret 2025. Ini akan menjadi perbincangan langsung pertama mereka dalam sebulan terakhir.
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa negosiasi damai sedang berada di titik krusial.
"Saya tidak ingin mendahului hasil negosiasi ini, tetapi kami berada sangat dekat dengan kesepakatan damai, lebih dekat dari sebelumnya. Presiden Trump bertekad untuk menyelesaikan ini," ujar Leavitt kepada wartawan pada Senin 17 Maret 2025.
Trump, melalui unggahan di platform Truth Social, mengungkapkan bahwa Moskow telah menyetujui banyak elemen dalam kesepakatan damai, meskipun beberapa hal masih perlu dibahas lebih lanjut.
Kesepakatan gencatan senjata 30 hari ini menjadi hasil perundingan antara pejabat AS dan Ukraina yang berlangsung di Arab Saudi pekan lalu. Ukraina menerima usulan tersebut sebagai langkah awal menuju perjanjian damai yang lebih luas.
Meski sebelumnya menyatakan dukungan terhadap gencatan senjata, Putin dikabarkan mengajukan beberapa syarat tambahan, termasuk ketentuan yang diduga akan memberikan keuntungan bagi Ukraina selama masa jeda.
Tuduhan Rusia Mempersiapkan Serangan Baru
Sementara itu, Zelenskyy menuduh Rusia tengah mempersiapkan serangan baru di perbatasan timur Ukraina. Pada Sabtu 15 Maret 2025, ia melaporkan adanya konsentrasi besar pasukan Rusia di dekat wilayah Sumy.
"Ini adalah indikasi jelas bahwa Rusia berniat melancarkan serangan. Kami menyadari rencana ini dan siap menghadapinya. Saya ingin semua mitra internasional memahami dengan tepat apa yang direncanakan Putin, apa yang sedang disiapkannya, dan apa yang terus diabaikannya," tulis Zelenskyy di X.
Ia menambahkan bahwa penumpukan kekuatan militer di perbatasan menunjukkan ketegasan Moskow untuk mengesampingkan jalur diplomasi dan melanjutkan konflik bersenjata.
"Kami siap memberikan semua informasi terkini kepada mitra kami mengenai situasi di garis depan, di wilayah Kursk, dan di sepanjang perbatasan kami," kata Zelenskyy.
Meski upaya diplomasi terus dilakukan, situasi di medan perang menunjukkan eskalasi yang mengkhawatirkan, terutama di wilayah perbatasan timur Ukraina. (
Muhammad Reyhansyah)
Baca juga:
Trump Sebut Banyak Elemen dari Kesepakatan Ukraina Sudah Disepakati