Amelia Fyfield, Direktur CSIRO untuk Asia Tenggara. Foto: Metrotvnews.com
Fajar Nugraha • 28 October 2025 19:30
Jakarta: Kolaborasi riset dan inovasi antara Indonesia dan Australia semakin diperkuat melalui program Indo-Pacific Plastic Innovation Network (IPPIN), yang diinisiasi oleh lembaga sains nasional Australia, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO).
Program ini menjadi salah satu wujud nyata kemitraan strategis kedua negara dalam mendorong solusi inovatif untuk pengelolaan sampah plastik dan ekonomi sirkular di kawasan Indo-Pasifik.
Dalam sambutannya, Amelia Fyfield, Direktur CSIRO untuk Asia Tenggara, menyampaikan bahwa semangat gotong royong menjadi inspirasi utama bagi CSIRO dalam mengembangkan IPPIN di Indonesia.
“Kami percaya bahwa masalah plastik tidak bisa diselesaikan oleh satu teknologi, satu sektor, atau satu negara saja. Diperlukan kerja sama lintas negara untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan,” ujar Fyfield dalam sambutannya, Selasa, 28 Oktober 2025.
Amelia juga menyoroti capaian IPPIN sejak diluncurkan di Indonesia pada 2022. Hingga tahun ini, program tersebut telah mendukung lebih dari 85 tim inovator untuk mengembangkan solusi ramah lingkungan, dengan total pendanaan mencapai lebih dari Rp13 miliar.
Dukungan ini juga memicu pendanaan bersama dari industri dan mitra internasional, menunjukkan kuatnya kepercayaan terhadap potensi inovasi Indonesia dalam menciptakan solusi hijau.
Salah satu proyek yang mendapat dukungan IPPIN adalah Citarum Action Research Program (CARP), yang berfokus pada pembersihan Sungai Citarum sebagai salah satu sungai paling tercemar di dunia. Melalui program ini, sekitar 1,5 ton limbah plastik berhasil diangkat, memberikan dampak langsung terhadap kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Program IPPIN juga mendapat apresiasi dari Andrea Sosa Pintos, Direktur Program IPPIN, yang menyebut bahwa kolaborasi dengan Indonesia telah berkembang menjadi platform yang menghubungkan riset ilmiah, investasi, dan kewirausahaan sosial.
“IPPIN adalah jembatan antara ide dan aksi. Kami bekerja bersama para peneliti, universitas, dan pelaku industri untuk memastikan bahwa inovasi benar-benar bisa diterapkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat,” tutur Pintos.
Melalui jaringan yang kini mencakup lebih dari 3.000 peneliti, wirausahawan, dan pemimpin perubahan, IPPIN terus memperluas dampaknya di Asia Tenggara, termasuk Thailand dan Vietnam. Di Indonesia, inisiatif ini didukung oleh mitra strategis seperti BRIN, National Plastic Action Partnership (NPAP), dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Kolaborasi antara Indonesia dan Australia melalui CSIRO dan IPPIN dinilai tidak hanya memperkuat hubungan bilateral, tetapi juga menegaskan posisi kedua negara sebagai pelopor inovasi berkelanjutan di kawasan Indo-Pasifik. Dengan semangat gotong royong dan visi bersama menuju masa depan bebas polusi plastik, kedua negara berkomitmen untuk terus menghadirkan solusi berbasis sains bagi tantangan lingkungan global.
(Muhammad Adyatma Damardjati)