Gedung JPMorgan. Foto: China Daily.
Husen Miftahudin • 17 February 2025 16:35
Jakarta: JPMorgan Chase & Co, bank terbesar di Amerika Serikat (AS), berencana untuk meminta karyawannya bekerja dari kantor lima hari seminggu, menghilangkan opsi kerja hibrida yang telah ditawarkan sejak pandemi covid-19. Keputusan ini muncul dari seruan CEO Jamie Dimon untuk kembali ke tempat kerja, dengan alasan kolaborasi jarak jauh menimbulkan tantangan.
Saat ini, sekitar 70 persen karyawan JPMorgan sudah bekerja dari kantor lima hari seminggu, sementara yang lain bekerja tiga atau empat hari seminggu. Mandat lima hari kerja dari kantor ini diperkirakan akan diumumkan dalam beberapa minggu mendatang.
Dimon telah vokal dalam mempromosikan budaya kerja dari kantor dan menyoroti keterbatasan bekerja dari jarak jauh. Bank ini menjadi salah satu perusahaan pertama yang menerapkan kebijakan kembali ke kantor setelah pandemi. Dimon pernah menyatakan bekerja dari jarak jauh menghambat pembentukan ide spontan dan menyulitkan manajemen tim secara efektif.
Melansir laman
Livemint, Senin, 17 Februari 2025, pada 2023, saingan JPMorgan, Goldman Sachs, meminta karyawannya untuk kembali ke kantor secara penuh waktu. Perusahaan tersebut mengulang kebijakan ini pada 2023 setelah beberapa karyawan terus bekerja dari rumah. Sejak itu, karyawan Goldman Sachs bekerja di kantor lima hari seminggu.
Banyak perusahaan beralih ke kebijakan kerja dari rumah atau kerja hibrida sejak pandemi covid-19. Tahun lalu, sejumlah perusahaan besar, seperti Amazon, Meta, Apple, Google, dan lainnya, telah mendesak karyawan mereka untuk kembali ke kantor.
(Ilustrasi bekerja di kantor. Foto: Freepik)
Fleksibilitas pekerjaan berkurang
Keputusan JPMorgan untuk kembali ke kantor penuh menimbulkan pertanyaan tentang masa depan kerja hibrida dan dampaknya terhadap karyawan dan budaya perusahaan.
Beberapa karyawan mungkin menyambut baik keputusan tersebut, yang dapat meningkatkan kolaborasi dan interaksi sosial di tempat kerja. Namun, karyawan lain mungkin merasa khawatir dengan kurangnya fleksibilitas dan kesulitan untuk menyeimbangkan kehidupan kerja dan pribadi.
Penting untuk dicatat ini menjadi tren global yang semakin berkembang. Perusahaan-perusahaan besar di seluruh dunia, terutama di bidang keuangan, teknologi, dan layanan, telah menerapkan kebijakan serupa untuk membawa karyawan kembali ke kantor.
Keputusan ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan kerja hibrida dan dampaknya terhadap
tenaga kerja dan budaya perusahaan. (
Laura Oktaviani Sibarani)