Studi Ungkap Terlalu Sering Nonton Mukbang Tingkatkan Risiko Depresi

Mukbang YouTuber asal Korea Selatan, Tzuyang. Dok Medcom.id

Studi Ungkap Terlalu Sering Nonton Mukbang Tingkatkan Risiko Depresi

Atalya Puspa • 8 September 2025 08:49

Jakarta: Mukbang semakin populer di berbagai negara. Istilah mukbang adalah siarang daring yang menampilkan seseorang memakan makanan dalam jumlah besar sambil berinteraksi dengan penonton.

Namun, sebuah penelitian yang diterbitkan BMC Psychiatry pada 2025 menemukan bahwa menonton mukbang terlalu sering ternyata bisa berkaitan dengan meningkatnya risiko depresi.

Penelitian ini melibatkan 1.210 orang dewasa Korea berusia 20 hingga 64 tahun. Para responden diminta mengisi survei online pada Juli 2024 terkait kebiasaan menonton mukbang serta gejala depresi yang mereka alami.

Hasilnya menunjukkan bahwa hampir separuh peserta (47,5 persen) mengaku menonton mukbang, sementara angka prevalensi depresi pada seluruh partisipan mencapai 18,4 persen. 

Menariknya, mereka yang menonton mukbang tiga kali atau lebih per minggu tercatat memiliki kemungkinan hampir tiga kali lipat lebih tinggi mengalami depresi dibandingkan mereka yang tidak pernah menonton.

"Partisipan dengan frekuensi menonton mukbang lebih dari 3 kali per minggu memiliki risiko signifikan lebih tinggi terhadap depresi, termasuk gejala depresi berat," tulis para peneliti dalam laporan tersebut.
 

Baca juga: Gift TikTok Kereta Api di TikTok Berapa Rupiah?

Analisis lebih lanjut juga menemukan bahwa kelompok ini tidak hanya mengalami peningkatan prevalensi depresi secara umum, tetapi juga cenderung menunjukkan gejala depresi berat.

Para peneliti menyimpulkan bahwa kebiasaan menonton mukbang yang berlebihan mungkin merefleksikan kondisi psikologis yang lebih dalam, seperti distress emosional, dan perlu diteliti lebih lanjut. Mereka juga menyarankan agar penelitian mendatang menelaah faktor lain seperti jenis konten yang ditonton serta motivasi di balik perilaku menonton mukbang.

"Temuan ini menunjukkan bahwa konsumsi mukbang tidak hanya berkaitan dengan pola makan, tetapi juga bisa berdampak pada kesehatan mental," ungkap tim riset.

Hasil studi ini diharapkan dapat membuka diskusi baru tentang fenomena budaya digital populer dan dampaknya terhadap kesejahteraan psikologis masyarakat, khususnya di era ketika hiburan daring menjadi bagian dari keseharian.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arga Sumantri)