Surabaya: Balai Besar KSDA Jawa Timur (BBKSDA Jatim) berencana mendirikan Pusat Konservasi Satwa Endemik Bawean. Fasilitas ini kelak berfungsi sebagai pusat penyelamatan, rehabilitasi, sekaligus pendidikan konservasi.
“Rencana ini bukan sekadar membangun fasilitas fisik, melainkan membangun kepercayaan publik bahwa satwa endemik Bawean benar-benar kita jaga untuk masa depan,” kata Kepala BBKSDA Jawa Timur, Nur Patria Kurniawan di Surabaya, Jumat, 22 Agustus 2025.
Pusat konservasi ini akan berdiri di atas lahan seluas 2 hektar di Desa Mombhul, Kecamatan Sangkapura, Bawean, yang sudah diamankan melalui MoU dengan pemilik lahan, serta mendapat dukungan penuh dari Yayasan KASI. Fasilitas yang direncanakan meliputi kandang rehabilitasi, laboratorium kecil, klinik satwa, dapur pakan, serta area penampungan untuk 30 ekor rusa bawean dan sekelompok babi kutil bawean.
Tak sekadar menjaga satwa, pusat konservasi ini juga dirancang sebagai pusat edukasi bagi masyarakat lokal, pelajar, hingga peneliti. Harapannya, masyarakat Bawean menjadi penjaga garis depan konservasi, bukan sekadar penonton. Seluruh hasil reproduksi satwa dari pusat ini akan digunakan untuk
restocking habitat alami di Pulau Bawean.
“Dari Pulau Bawean, kita ingin menunjukkan bahwa konservasi bukan hanya menjaga satwa, tetapi menjaga harga diri bangsa. Jika rusa bawean dan babi kutil bisa kita selamatkan, maka kita telah memenangkan satu pertempuran penting melawan kepunahan,” ujar dia.
Langkah BBKSDA Jatim ini meneguhkan komitmen bahwa “Wildlife belongs to the state”, satwa liar adalah milik negara, dan kelestariannya adalah tanggung jawab bersama. Kehadiran pusat konservasi ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam menyelamatkan satwa endemik Bawean, sekaligus mengangkat Pulau Bawean sebagai ikon konservasi pulau kecil di Indonesia.
Di balik keindahan hutan tropis Pulau Bawean yang dikelilingi birunya Laut Jawa, dua satwa endemik kini tengah berpacu dengan waktu yakni, Rusa Bawean (Axis kuhlii) dan Babi Kutil Bawean (Sus blouchi). Kedua satwa langka yang hanya hidup di pulau kecil ini telah lama menyandang status Critically Endangered (Kritis) menurut IUCN. Populasinya yang terbatas terus terancam akibat fragmentasi habitat, perburuan, konflik dengan anjing peliharaan, hingga tekanan aktivitas pertanian. (MI/Faishol Taselan)