Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, dan Wakilnya Taj Yasin. Dokumentasi/ istimewa
Semarang: Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, disebut tipikal pemimpin substansial. Budayawan sekaligus pemerhati Jawa Tengah, Budiyanto Hadinagoro, menilai kepemimpinan Ahmad Luthfi bersama Wakil nya Taj Yasin bukan sekadar soal citra populer, tetapi berorientasi pada kerja nyata yang langsung dirasakan masyarakat.
"Pemimpin substansial itu tidak hanya berpegang pada simbol jabatan, melainkan menghadirkan dampak positif yang konkret. Dalam konteks ini, Ahmad Luthfi telah menunjukkan kapasitas dan karakter kepemimpinan yang pro-rakyat," kata Budiyanto dalam keterangan pers, Sabtu, 23 Agustus 2025.
Budiyanto mencontohkan sejumlah kebijakan yang diambil Ahmad Luthfi dan Taj Yasin. Salah satunya penurunan tarif Trans Jateng dari Rp2.000 menjadi Rp1.000 bagi veteran, siswa, buruh, dan lansia. Meski tak banyak dipublikasikan, kebijakan ini dinilai menyentuh kebutuhan kelompok rentan.
Capaian lain adalah penurunan angka kemiskinan menjadi 9,48 persen, menjadikan Jawa Tengah peringkat ketiga di Pulau Jawa. Program pembangunan Rumah Tak Layak Huni (RTLH) juga meningkat dengan alokasi 17 ribu unit, tertinggi di Indonesia.
Tak berhenti di situ, pasangan ini turut memberikan insentif kepada 570 penghafal Al-Qur’an dari 33 pondok pesantren, serta 230.830 guru keagamaan di berbagai daerah. Menurut Budiyanto, langkah ini mencerminkan kepedulian terhadap pendidikan moral dan keagamaan.
Terkait hasil survei Litbang Kompas yang menyoroti rendahnya kepuasan masyarakat pada aspek infrastruktur jalan dan lapangan kerja, Budiyanto menekankan, kondisi tersebut wajar karena APBD murni tahun 2025 sudah disusun sebelum Luthfi-Yasin menjabat.
"Baru di anggaran perubahan mereka bisa memasukkan janji politik, termasuk fokus pada perbaikan jalan yang diintegrasikan dengan program kabupaten/kota. Hasilnya kemungkinan baru dirasakan masyarakat pada Oktober hingga Desember mendatang," jelas Budiyanto.
Sementara soal lapangan kerja, Budiyanto menyebut investasi yang masuk ke Jawa Tengah tergolong tinggi dan bersifat padat karya. Catatan positifnya, investasi itu membuka kesempatan kerja bagi 222.373 orang. Namun, ia juga mengingatkan bahwa padat karya memiliki risiko jika sewaktu-waktu terjadi gelombang PHK.
"Capaian tersebut juga tidak lepas dari peran Ketua Tim Percepatan Pembangunan Daerah Jawa Tengah, Zulkifli Gayo, yang konsisten ikut mendorong pengembangan daerah," ujar Budiyanto.