Ilustrasi emas. Foto: Pixabay
Eko Nordiansyah • 20 September 2025 11:55
Jakarta: Harga emas (XAUUSD) masih memancarkan kilau optimisme di tengah dinamika kebijakan moneter global. Sentimen pasar cenderung positif berkat prospek pelonggaran moneter dari bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed). Ekspektasi pemangkasan suku bunga menjadi pendorong utama yang terus menjaga minat beli emas di level tinggi.
Para pelaku pasar kini menilai peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan mendatang sebagai hal yang nyaris pasti, bahkan terbuka ruang bagi pemangkasan yang lebih agresif jika data ekonomi AS melemah.
Kondisi tersebut memberikan keuntungan bagi emas yang tidak menawarkan imbal hasil tetap, karena opportunity cost memegang aset tanpa bunga menjadi lebih rendah. Dolar AS pun cenderung melemah, menambah tenaga bagi kenaikan harga emas.
Meski begitu, Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha mengingatkan bahwa munculnya data ekonomi AS yang lebih kuat dapat memicu penguatan sementara pada dolar dan imbal hasil obligasi, sehingga memberi tekanan sesaat terhadap harga logam mulia. Secara teknikal, Andy menilai tren bullish emas masih dominan.
“Jika tekanan tren bullish berlanjut, XAUUSD berpotensi naik hingga ke level sekitar USD3.800 pada minggu depan,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 20 September 2025.
Level tersebut dipandang sebagai target penting yang dapat dicapai bila sentimen pasar tetap konsisten terhadap prospek pemangkasan suku bunga. Namun, ia juga menekankan bahwa trader sebaiknya tetap waspada terhadap potensi koreksi mendadak.
“Jika harga berbalik arah dan menembus key point di USD3.450, maka potensi penurunan lebih lanjut ke USD3.300 pada minggu depan tidak dapat diabaikan,” tambahnya.
Di sisi fundamental, data ketenagakerjaan AS terbaru memperlihatkan tanda-tanda perlambatan meskipun tidak sampai menunjukkan kemerosotan tajam. Sementara itu, aktivitas manufaktur mulai menampakkan sedikit perbaikan.
Namun fokus pasar tetap tertuju pada data inflasi yang akan segera dirilis. Hasil data ini akan menjadi penentu penting arah kebijakan The Fed ke depan dan dapat memperkuat atau meredam ekspektasi pemangkasan suku bunga lanjutan.
Selain faktor kebijakan moneter, pembelian emas oleh bank-bank sentral di berbagai negara serta meningkatnya ketidakpastian ekonomi global turut menjadi penopang tren jangka panjang. Dalam kondisi inflasi yang belum sepenuhnya terkendali, emas terus dilihat sebagai aset lindung nilai (hedge) terhadap inflasi dan gejolak ekonomi.
"Hal ini semakin memperkuat argumentasi bahwa minat investor terhadap logam mulia tidak hanya bergantung pada kebijakan moneter jangka pendek, tetapi juga pada kebutuhan perlindungan aset dalam jangka panjang," ujar Andy.
Dengan kombinasi dukungan fundamental dan sinyal teknikal, outlook emas dalam jangka pendek masih cenderung positif. Meski demikian, pasar tetap dihadapkan pada potensi volatilitas tinggi menjelang pertemuan kebijakan The Fed.
"Para trader disarankan untuk menjaga disiplin manajemen risiko dan mengantisipasi dua skenario utama, peluang kenaikan menuju USD3.800 jika tren bullish berlanjut, dan kemungkinan koreksi hingga USD3.300 apabila terjadi pembalikan arah di bawah level kunci USD3.450," ungkapnya.