Ketegangan di Kashmir meningkat usai terjadinya serangan di Pahalgam pada 22 April 2025. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 24 June 2025 19:17
New Delhi: Badan Investigasi Nasional (NIA) India menyatakan bahwa tiga pelaku bersenjata dalam serangan mematikan terhadap warga sipil di Kashmir pada 22 April lalu berasal dari Pakistan, dan merupakan anggota kelompok Lashkar-e-Taiba yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh PBB.
Serangan yang terjadi di kawasan wisata Pahalgam itu menewaskan sejumlah wisatawan, sebagian besar beragama Hindu. Pemerintah India menjadikan serangan tersebut sebagai dasar bagi aksi balasan berupa serangan udara ke wilayah Pakistan.
Dalam penyelidikan lanjutan, NIA mengungkap bahwa dua warga Kashmir yang ditangkap—Parvaiz Ahmad Jothar dan Bashir Ahmad Jothar—diduga memberikan perlindungan dan logistik kepada para pelaku.
“Dalam interogasi, mereka mengonfirmasi identitas ketiga pelaku sebagai warga negara Pakistan yang tergabung dalam Lashkar-e-Taiba,” ujar juru bicara NIA, dikutip dari Independent, Selasa, 24 Juni 2025.
Pihak keamanan India sebelumnya telah menangkap lebih dari 1.500 orang dalam operasi besar-besaran di Lembah Kashmir untuk mencari para pelaku. Setelah mengambil alih kasus dari kepolisian Kashmir, NIA memeriksa lebih dari 200 orang. Kelompok bayangan bernama The Resistance Front sempat mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, namun kemudian menarik kembali klaimnya. Pihak India meyakini kelompok tersebut hanyalah kedok dari Lashkar-e-Taiba.
Ketegangan antara India dan Pakistan pun meningkat tajam. New Delhi menangguhkan Perjanjian Air Indus 1960, sementara Islamabad membalas dengan menarik diri dari Perjanjian Simla 1972. Dalam serangan udara balasan, militer India mengklaim telah menghancurkan kamp pelatihan teroris dan menewaskan hampir 100 militan. Beberapa hari kemudian, bentrokan terjadi di sepanjang perbatasan Kashmir, dengan puluhan tentara Pakistan dilaporkan tewas.
Pakistan menyebut serangan India juga menyebabkan korban sipil serta merusak masjid dan rumah-rumah penduduk. Ketegangan mereda setelah kedua negara menyetujui gencatan senjata empat hari, menyusul dialog antara penasihat keamanan nasional masing-masing. (Nada Nisrina)
Baca juga: India Tegaskan Kashmir Bukan Konflik, Tapi Terorisme Lintas Batas