Tenaga Kerja di Sektor EBT Butuh Keahlian Baru

Ilustrasi pembiayaan proyek oleh IIF. Foto: Dok istimewa

Tenaga Kerja di Sektor EBT Butuh Keahlian Baru

Al Abrar • 3 June 2025 17:47

Jakarta: Pemerintah melalui Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 menargetkan penciptaan lebih dari 1,7 juta lapangan kerja di sektor kelistrikan. Namun, tantangan utama muncul dari kesiapan tenaga kerja nasional dalam menghadapi transisi energi, terutama untuk mengisi peluang green jobs yang mendominasi subsektor pembangkitan.

Menurut studi terbaru Koaksi Indonesia bersama BOI Research (2024), 91% dari 836.696 tenaga kerja di subsektor pembangkitan merupakan green jobs. Meski 76% anak muda tertarik bekerja di sektor ramah lingkungan, keterbatasan informasi, pelatihan, dan dukungan kebijakan menghambat kesiapan keterampilan mereka.

Azhis Kurniawan, Manajer Advokasi Kebijakan Koaksi Indonesia, menyoroti pentingnya implementasi Peta Jalan Pengembangan Tenaga Kerja Hijau yang diluncurkan Bappenas April lalu. "Tanpa strategi terukur, 91% peluang green jobs ini berisiko tidak terjangkau oleh kelompok yang membutuhkan," tegasnya.

Ia menekankan, transisi energi menuntut peningkatan kapasitas SDM melalui program upskilling dan reskilling yang inklusif, terutama bagi pekerja di sektor fosil yang terdampak. "Green jobs bukan hanya soal pembangkit, tapi juga membangun kompetensi manusia," tambahnya.

Data RUPTL menunjukkan, sektor Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) akan menyerap 348.000 tenaga kerja, disusul PLTA (129.000) dan PLTP (42.000). Namun, keahlian teknis yang dibutuhkan masih langka di pasar kerja Indonesia.

Indra Sari Wardhani, Direktur Kemitraan Strategis Koaksi Indonesia, menegaskan bahwa green jobs harus memenuhi aspek kualitas, bukan hanya kuantitas. "Pekerjaan ini harus layak, berkelanjutan, dan sesuai potensi lokal, mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan," ujarnya.

Koaksi Indonesia memberikan empat rekomendasi kunci, Pertama, Strategi nasional reskilling dan upskilling berbasis peta jalan green jobs. Kedua, Kolaborasi pemda, swasta, dan pendidikan dalam pengembangan pelatihan.

Ketiga, Pelibatan anak muda melalui SMK, sekolah vokasi, dan program magang. dan Keempat, Prinsip keadilan sosial sebagai fondasi transisi energi untuk hindari kesenjangan.

"Green jobs bisa jadi jembatan menuju ekonomi hijau jika dirancang secara terukur, inklusif, dan berkelanjutan," pungkas Indra.

Koaksi Indonesia berkomitmen memantau implementasi RUPTL dan mendorong percepatan energi terbarukan yang memberdayakan generasi muda dalam pembangunan rendah karbon.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Al Abrar)