Presiden Tiongkok Xi Jinping. Foto: EFE
Phnom Penh: Kamboja berharap memperoleh lebih banyak bantuan keuangan dari Tiongkok, terutama dalam bidang infrastruktur, seiring kunjungan Presiden Xi Jinping ke negara tersebut pada Kamis 17 April 2025. Kunjungan ini merupakan penutup dari tur tiga negara Asia Tenggara yang sebelumnya mencakup Vietnam dan Malaysia.
Sebagai mitra dekat Beijing dan pengekspor utama pakaian serta alas kaki ke Amerika Serikat, Kamboja kini menghadapi tarif sebesar 49 persen yang diberlakukan Presiden Donald Trump, salah satu tarif tertinggi secara global. Meski sebagian bea ditangguhkan hingga Juli, Phnom Penh berupaya memperkuat hubungan ekonominya dengan Tiongkok sebagai alternatif.
Proyek kanal ambisius dan ketergantungan terhadap Tiongkok
Pemerintah Kamboja berharap dukungan finansial Tiongkok mencakup pembangunan Kanal Funan Techo sepanjang 180 kilometer, yang dirancang menghubungkan Sungai Mekong dengan Teluk Thailand.
Proyek ini digadang-gadang akan mengurangi ketergantungan Kamboja terhadap pelabuhan di Vietnam dan mengalihkan jalur air dari Delta Mekong yang rentan.
“Kami mengharapkan lebih banyak kerja sama termasuk dalam pembangunan infrastruktur,” kata Meas Soksensan, juru bicara Kementerian Keuangan Kamboja, pada malam kedatangan Xi di Phnom Penh, dikutip dari
Channel News Asia, Kamis, 17 April 2025.
Ia menjawab pertanyaan tentang apakah Kamboja mengharapkan Beijing untuk mengumumkan dukungan keuangan untuk kanal tersebut, yang disebut sebagai proyek infrastruktur paling ambisius di negara itu.
Pesan politik Xi dan dinamika hubungan bilateral
Dalam artikel yang dimuat media lokal sebelum kedatangannya, Xi Jinping mendorong Kamboja untuk menolak “hegemonisme” dan “proteksionisme”, seraya menegaskan kembali posisi Beijing sebagai mitra strategis kawasan.
Ia menyebut sejumlah proyek infrastruktur yang telah dilakukan Tiongkok di Kamboja tanpa menyampaikan pengumuman proyek baru secara eksplisit.
Sementara itu, data resmi menunjukkan bahwa Tiongkok tidak menandatangani pinjaman baru ke Kamboja sepanjang tahun lalu, berbeda dengan periode sebelumnya di mana Beijing rutin menyalurkan ratusan juta dolar. Penurunan investasi ini terjadi di tengah tekanan ekonomi dalam negeri Tiongkok serta kekhawatiran terhadap kegagalan proyek-proyek luar negeri.
Kerja sama keamanan dan ketegangan kriminalitas lintas negara
Kedua negara juga memperkuat kerja sama keamanan, termasuk latihan militer bersama di pangkalan angkatan laut Kamboja yang diperluas, lokasi yang menuai kekhawatiran Amerika Serikat sebagai potensi pos militer Tiongkok. Xi turut mendorong Kamboja untuk menindak aktivitas kriminal, khususnya penipuan daring yang melibatkan warga China sebagai pelaku maupun korban.
Sebelum kedatangan Xi, otoritas Kamboja mendeportasi sejumlah warga Tiongkok dan Taiwan terkait kasus penipuan, tindakan yang memicu kemarahan dari pemerintah Taipei. Meski demikian, pemerintah kedua negara terus menekankan hubungan sebagai “persahabatan yang teguh” di tengah tantangan dan isu bilateral yang kompleks.
(
Muhammad Adyatma Damardjati)