Pendiri WikiLeaks Ikut bergabung dalam pawai pro-Palestina di Australia

Aksi pro-Palestina di Jembatan Sydney, Australia. Foto: EPA

Pendiri WikiLeaks Ikut bergabung dalam pawai pro-Palestina di Australia

Fajar Nugraha • 4 August 2025 06:05

Sydney: Pendiri WikiLeaks, Julian Assange di antara para demonstran yang menuntut perdamaian dan bantuan bagi warga Palestina di tengah krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza. Puluhan ribu demonstran menerjang hujan lebat untuk berbaris melintasi Jembatan Pelabuhan Sydney, Australia yang ikonis pada Minggu 3 Agustus 2025, menyerukan perdamaian dan pengiriman bantuan di Jalur Gaza yang dilanda perang, di mana krisis kemanusiaan semakin memburuk.

Hampir dua tahun perang yang menurut otoritas Palestina telah menewaskan lebih dari 60.000 orang di Gaza, pemerintah dan organisasi kemanusiaan mengatakan kekurangan makanan menyebabkan kelaparan yang meluas.

Beberapa dari mereka yang menghadiri pawai, yang disebut oleh penyelenggaranya sebagai "Pawai untuk Kemanusiaan", membawa panci dan wajan sebagai simbol kelaparan.

Para demonstran beragam, mulai dari lansia hingga keluarga dengan anak kecil. Banyak yang membawa payung. Beberapa melambaikan bendera Palestina dan meneriakkan "Kita semua adalah orang Palestina."

Kepolisian New South Wales mengatakan hingga 90.000 orang telah hadir, jauh lebih banyak dari yang diperkirakan. Penyelenggara protes, Palestine Action Group Sydney, mengatakan dalam sebuah unggahan Facebook bahwa sebanyak 300.000 orang mungkin telah berbaris.

Kepolisian New South Wales dan perdana menteri negara bagian pekan lalu mencoba menghalangi pawai agar tidak berlangsung di jembatan, sebuah landmark kota dan jalur transportasi utama, dengan mengatakan bahwa rute tersebut dapat menyebabkan bahaya keselamatan dan gangguan transportasi. Mahkamah Agung negara bagian memutuskan pada hari Sabtu bahwa pawai tersebut dapat dilanjutkan.

Pejabat wakil komisaris polisi Peter McKenna mengatakan lebih dari seribu polisi dikerahkan dan besarnya kerumunan telah menyebabkan kekhawatiran akan adanya desak-desakan.

"Tidak ada yang terluka," kata McKenna dalam konferensi pers, seperti dikutip Times Live, Senin 4 Agustus 2025.

“Saya tidak ingin mencoba melakukan ini setiap hari Minggu dalam waktu sesingkat itu,” imbuh McKenna.

Polisi juga hadir di Melbourne, tempat pawai protes serupa berlangsung.

Tekanan diplomatik meningkat terhadap Israel dalam beberapa pekan terakhir. Prancis dan Kanada telah menyatakan akan mengakui negara Palestina, sementara Inggris menyatakan akan mengikuti langkah tersebut kecuali Israel mengatasi krisis kemanusiaan dan mencapai gencatan senjata.

Israel mengecam keputusan ini karena dianggap menguntungkan Hamas, kelompok yang memerintah Gaza dan yang serangannya terhadap Israel pada Oktober 2023 memicu serangan Israel yang telah meratakan sebagian besar wilayah kantong tersebut. Israel juga membantah telah menjalankan kebijakan kelaparan dan menuduh Hamas mencuri bantuan.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, mengatakan ia mendukung solusi dua negara dan penolakan Israel terhadap bantuan dan pembunuhan warga sipil "tidak dapat dipertahankan atau diabaikan", tetapi belum mengakui Palestina.

Therese Curtis, seorang demonstran berusia 80-an, mengatakan ia memiliki hak asasi manusia dan privilese untuk mendapatkan perawatan medis yang baik di Australia.

"Tetapi orang-orang di Palestina mengalami pengeboman di rumah sakit mereka, hak dasar mereka untuk mendapatkan perawatan medis ditolak, dan saya berbaris secara khusus untuk itu," kata Curtis.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)