Israel Ancam Relokasi Warga Palestina di Gaza Jika Hamas Tak Bebaskan Sandera

Kelompok Hamas ketika bebaskan sandara Israel dari Gaza. Foto: Anadolu

Israel Ancam Relokasi Warga Palestina di Gaza Jika Hamas Tak Bebaskan Sandera

Fajar Nugraha • 13 February 2025 10:37

Gaza: Israel mengancam akan melancarkan perang baru terhadap Hamas dan melaksanakan rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Jalur Gaza jika kelompok tersebut tidak membebaskan para sandera pada akhir pekan ini. 

Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, tidak lama setelah Hamas menegaskan bahwa pihaknya tidak akan tunduk pada tekanan dari Israel dan Amerika Serikat terkait pelepasan sandera dalam kesepakatan gencatan senjata yang rapuh.

Sementara itu, mediator dari Qatar dan Mesir masih terus berupaya menyelamatkan perjanjian gencatan senjata yang telah berlaku sejak bulan lalu. Seorang sumber Palestina dan seorang diplomat yang mengetahui negosiasi tersebut mengatakan kepada AFP bahwa pembicaraan masih berlangsung, sementara Hamas mengonfirmasi bahwa kepala negosiatornya berada di Kairo untuk membahas kelangsungan perjanjian.

Gencatan senjata yang rapuh

Melansir dari Channel News Asia, Kamis 13 Februari 2025, sejak dimulainya gencatan senjata, konflik yang telah berlangsung selama lebih dari 15 bulan ini sebagian besar telah mereda. Beberapa sandera Israel telah dibebaskan secara bertahap dalam pertukaran dengan tahanan Palestina dipenjara Israel.

Namun, kesepakatan yang kini memasuki fase pertama selama 42 hari mulai menghadapi tantangan besar. Kedua pihak saling menuduh telah melakukan pelanggaran perjanjian, menimbulkan kekhawatiran bahwa pertempuran dapat kembali pecah.

Katz menegaskan bahwa Israel akan kembali melancarkan serangan jika Hamas gagal membebaskan para sandera pada Sabtu mendatang, yang dijadwalkan sebagai putaran keenam pertukaran sandera dan tahanan.

Hamas sendiri telah mengisyaratkan bahwa mereka akan menunda pembebasan sandera, dengan alasan adanya pelanggaran perjanjian oleh Israel. Sementara itu, Trump memperingatkan bahwa "neraka" akan terjadi jika Hamas tidak melepaskan semua sandera pada waktu yang telah ditentukan.

Ancaman perang baru

Jika pertempuran kembali dimulai, Katz menegaskan bahwa “perang baru di Gaza tidak akan berakhir tanpa kehancuran Hamas dan pembebasan semua sandera.” Ia juga menambahkan bahwa perang ini akan membuka jalan bagi realisasi visi Presiden Trump terkait Gaza.

Israel telah berulang kali menyatakan tekadnya untuk mengalahkan Hamas sejak kelompok tersebut melancarkan serangan pada 7 Oktober 2023, yang memicu konflik ini.

Analis dari International Crisis Group, Mairav Zonszein, mengatakan kepada AFP bahwa meskipun terdapat ketegangan di antara kedua belah pihak, baik Israel maupun Hamas tampaknya masih memiliki kepentingan untuk mempertahankan gencatan senjata.

"Mereka masih memainkan strategi tekanan satu sama lain," ujarnya.

Ketakutan di Gaza dan Israel

Di Tel Aviv, Mali Abramovitch, seorang mahasiswa Israel berusia 28 tahun, mengungkapkan kemarahannya atas kemungkinan penundaan pembebasan sandera.

"Ini mengerikan jika sandera berikutnya tidak dibebaskan hanya karena Hamas menuduh Israel melanggar perjanjian, yang menurut saya tidak masuk akal," ujar Abramovitch.

Sementara itu, di Khan Younis, Gaza Selatan, seorang warga Palestina bernama Saleh Awad (48) mengungkapkan kekhawatirannya bahwa Israel sedang mencari alasan untuk kembali menyerang dan mengusir penduduk Gaza.

"Hamas tidak akan membebaskan sandera jika Israel tidak memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian," kata juru bicara Hamas, Hazem Qassem. Ia juga menegaskan bahwa kelompoknya tidak akan tunduk pada ancaman dari Israel dan Amerika Serikat.

Minggu lalu, pembebasan sandera sempat memicu kontroversi setelah Hamas memaksa tiga sandera yang tampak lemah secara fisik untuk berbicara di depan kerumunan. Di sisi lain, Hamas menuduh Israel gagal memenuhi kewajibannya dalam memberikan bantuan kemanusiaan sesuai dengan kesepakatan.

Upaya Mediasi Internasional

Hamas mengonfirmasi bahwa kepala negosiatornya, Khalil al-Hayya, berada di Kairo untuk melakukan pertemuan dan memantau implementasi kesepakatan gencatan senjata.

Mesir dan Qatar juga meningkatkan upaya diplomatik untuk menjaga perjanjian ini tetap berjalan. Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak Hamas untuk melanjutkan pembebasan sandera guna menghindari dimulainya kembali konflik bersenjata di Gaza.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC), yang berperan dalam fasilitasi pertukaran sandera dan tahanan, juga mengingatkan bahwa kelangsungan gencatan senjata sangat penting bagi keselamatan semua pihak yang terlibat.

“Ratusan ribu nyawa bergantung pada kelangsungan gencatan senjata, termasuk seluruh sandera yang masih berada di Gaza dan warga Palestina yang membutuhkan bantuan kemanusiaan,” ujar pernyataan ICRC.

Rencana Trump untuk Gaza

Presiden Trump sebelumnya mengusulkan rencana untuk mengambil alih Jalur Gaza dan merelokasi lebih dari dua juta penduduknya ke Yordania atau Mesir. Rencana ini menuai kecaman luas karena dianggap melanggar hukum internasional.

Meskipun demikian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut gagasan Trump sebagai sebuah langkah "revolusioner".

Sebagai respons, Hamas menyerukan aksi protes global akhir pekan ini untuk menolak "rencana pemindahan paksa warga Palestina dari tanah mereka."

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, sebelumnya juga telah menginstruksikan militer untuk mempersiapkan skenario "keberangkatan sukarela" dari Gaza, dan laporan militer mengonfirmasi bahwa pasukan Israel telah mulai memperkuat kehadiran mereka di sekitar wilayah tersebut.

Trump kembali menegaskan batas waktu hari Sabtu sebagai tenggat pembebasan sandera saat bertemu dengan Raja Yordania, Abdullah II, pada Selasa.

Dalam percakapan telepon dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada Rabu, kedua pemimpin Arab tersebut menegaskan dukungan mereka terhadap "implementasi penuh" gencatan senjata, pembebasan sandera, serta kelancaran pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Korban perang

Serangan Hamas pada Oktober 2023 menewaskan 1.211 orang, sebagian besar warga sipil, menurut data resmi Israel yang dikutip AFP. Hamas juga menculik 251 orang, di mana 73 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 35 yang telah dikonfirmasi tewas oleh militer Israel.

Sebagai balasan, Israel melancarkan serangan militer yang hingga kini telah menyebabkan lebih dari 48.222 kematian di Gaza, mayoritas korban adalah warga sipil, menurut laporan Kementerian Kesehatan Gaza yang didukung oleh PBB.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)