Harga Minyak Berpotensi Turun Pascapelantikan Presiden Trump

Ilustrasi. Foto: Unplash

Harga Minyak Berpotensi Turun Pascapelantikan Presiden Trump

Annisa Ayu Artanti • 21 January 2025 11:21

Jakarta: Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan pada hari Senin, 20 Januari 2025, setelah pelantikan Presiden AS Donald Trump untuk masa jabatan keduanya.

Trump mengungkapkan niat untuk mengumumkan keadaan darurat energi nasional, yang mencakup rencana untuk mengisi cadangan strategis dan mengekspor energi AS ke seluruh dunia.

Meskipun Trump menjanjikan penguatan sektor energi, ketidakpastian ini menyebabkan sentimen pasar minyak menjadi lebih bearish.


Menurut analisis dari Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, kombinasi indikator candlestick dan Moving Average menunjukkan adanya pembentukan tren bearish yang semakin kuat pada harga WTI.
 
"Proyeksi harga untuk hari ini, memperkirakan kemungkinan penurunan harga WTI hingga mencapai USD72,8 per barel. Namun, jika harga gagal mencapai level tersebut dan terjadi rebound, ada potensi harga naik kembali menuju USD79,3 sebagai target terdekat," kata Andy dalam siaran pers, Selasa, 21 Januari 2025.

Seiring dengan perkembangan tersebut, harga minyak mentah berjangka WTI mengalami penurunan sebesar USD1,30 atau 1,7 persen menjadi USD76,58 per barel pada Selasa, 21 Januari 2025.
 
Kontrak WTI untuk pengiriman Maret juga turun 91 sen, atau 1,2 persen menjadi USd76,48. Sementara itu, dengan adanya libur nasional di AS, tidak ada penyelesaian untuk kontrak WTI pada hari tersebut.
 
Baca juga: 

Harga Minyak Dunia Tergelincir Lagi



Ilustrasi. Foto: ICDX
 

Kebijakan luar negeri AS juga berpotensi memengaruhi pasar minyak


Selain faktor domestik, kebijakan luar negeri AS juga berpotensi memengaruhi pasar minyak. Trump yang berjanji untuk meningkatkan produksi energi domestik dengan mempercepat izin proyek minyak dan gas, terutama di Alaska, dapat berdampak pada pasokan global.
 
"Kebijakan ini berpotensi memperketat pasar energi dalam jangka panjang, meskipun beberapa kebijakan tersebut mungkin memerlukan waktu untuk diimplementasikan," jelas dia.

Dalam situasi global, ketegangan yang lebih rendah di Timur Tengah juga berkontribusi pada penurunan harga minyak. Perdagangan sandera antara Hamas dan Israel menandai terjadinya gencatan senjata pertama setelah 15 bulan perang, yang berpotensi meredakan ketegangan dan meningkatkan kestabilan pasar energi.

Di sisi lain, kebijakan baru Trump, yang termasuk pengakhiran moratorium ekspor LNG, bisa memberi dampak jangka panjang terhadap suplai energi global.
 
Sanksi-sanksi baru yang mungkin diterapkan terhadap Rusia juga dapat memangkas pasokan global sekitar satu juta barel per hari, namun proyeksi harga jangka pendek dapat dipengaruhi oleh langkah-langkah kebijakan yang lebih luas dari pemerintah AS. Secara keseluruhan, pasar minyak saat ini tampak menghadapi banyak faktor yang saling bertentangan.

"Jika Trump berhasil mewujudkan kebijakan energinya secara cepat, itu bisa memberi dampak signifikan pada harga minyak dalam jangka panjang, meskipun potensi penurunan harga dalam jangka pendek tetap ada," tutur dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)