Mantan Bos Mitsubishi Corp Dinominasikan Masuk Bank Sentral Jepang

Mantan kepala keuangan Mitsubishi Corp Kazuyuki Masu. Foto: Dok Mitsubishi Corp

Mantan Bos Mitsubishi Corp Dinominasikan Masuk Bank Sentral Jepang

Eko Nordiansyah • 10 April 2025 13:13

Jakarta: Pemerintah Jepang secara resmi menominasikan Kazuyuki Masu, mantan kepala keuangan Mitsubishi Corp, untuk menjadi anggota dewan kebijakan Bank of Japan (BOJ). Nominasi ini diumumkan pada Kamis, 10 April 2025, dan akan mengubah struktur dewan bank sentral itu.

Latar belakang penunjukan

Melansir laman Channel News Asia, Masu akan mengambil alih posisi Toyoaki Nakamura, mantan eksekutif Hitachi, yang dikenal sebagai salah satu anggota dengan pendekatan dovish (cenderung mendukung kebijakan moneter longgar) di BOJ. Jika persetujuan dari parlemen diperoleh, Masu akan mulai masa jabatannya selama lima tahun pada 1 Juli 2025, tepat setelah Nakamura menyelesaikan tugasnya.

Posisi yang akan diisi oleh Masu lazimnya disediakan untuk perwakilan kalangan bisnis dalam dewan BOJ. Dewan ini terdiri dari sembilan individu dengan latar belakang beragam, termasuk akademisi, ekonom, birokrat, serta pejabat dari sektor keuangan dan dunia usaha.

Tantangan di tengah kebijakan moneter BOJ

Pengangkatan Masu terjadi di saat ekonomi global sedang diliputi ketidakpastian, termasuk implementasi tarif impor besar oleh Amerika Serikat di masa kepresidenan Donald Trump. Hal ini berdampak pada rencana BOJ untuk mengimplementasikan kenaikan suku bunga secara bertahap setelah bertahun-tahun menjalankan kebijakan moneter longgar.

BOJ baru saja menghentikan program stimulus radikalnya pada Maret 2024 dan mulai menaikkan suku bunga dari 0,25 persen Juli menjadi 0,5 persen Januari. Tindakan ini diambil dengan harapan inflasi Jepang dapat terus mencapai target dua persen dengan berkelanjutan.

Namun, Nakamura, yang akan digantikan oleh Masu, terkenal sebagai salah satu suara yang menentang keputusan BOJ untuk mengakhiri suku bunga negatif serta menaikkan suku bunga. Ia mencemaskan dampak dari kebijakan tersebut terhadap usaha kecil dan menengah di Jepang.
 
Baca juga: 

Tertinggi dalam 11 Tahun, Angka Kebangkrutan di Jepang Mencapai 10 Ribu pada 2024



(Ilustrasi Jepang. Foto: Freepik)

Arah baru BOJ

Kepergian Nakamura menyusul pelantikan Junko Koeda pada bulan Maret lalu, seorang akademisi yang dikenal skeptis terhadap kebijakan fiskal dan moneter yang ekspansif. Perubahan ini menunjukkan pergeseran komposisi dewan BOJ ke arah yang lebih hawkish (cenderung mendukung kenaikan suku bunga).

Dengan kehadiran Masu, yang memiliki latar belakang berpengalaman di sektor bisnis, analis meramalkan bahwa BOJ mungkin akan semakin disiplin dalam melakukan kenaikan suku bunga secara bertahap. Namun demikian, tantangan seperti tekanan ekonomi global dan ketidakpastian pasar tetap menjadi hambatan yang signifikan.

Dampaknya bagi perekonomian Jepang

Arahan kebijakan BOJ ke depan akan memiliki dampak besar terhadap stabilitas perekonomian Jepang, seperti nilai yen, inflasi, serta daya saing industri. Jika BOJ memilih untuk menaikkan suku bunga dengan lebih agresif, hal ini dapat membuat yen semakin kuat tetapi juga berpotensi membebani utang perusahaan.

Sebaliknya, jika BOJ bertahan dengan pendekatan hati-hati, ekonomi Jepang mungkin akan terus bergantung pada stimulus moneter untuk jangka panjang. Sekarang semua perhatian tertuju pada keputusan parlemen tentang nominasi Masu dan langkah-langkah yang akan diambil BOJ ke depan. (Avifa Aulya Utami Dinata)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)