Sekjen NATO Mark Rutte. (EPA)
Medcom • 1 October 2024 15:31
Brussels: Mantan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte resmi menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada Selasa, 1 Oktober 2024, menggantikan Jens Stoltenberg yang telah memimpin aliansi militer Barat itu selama satu dekade.
Pengambilalihan jabatan ini terjadi di tengah ketegangan global, dan dengan pemilihan umum Amerika Serikat (AS) akan berlangsung dua bulan lagi.
Rutte, 57 tahun, diharapkan dapat melanjutkan dukungan untuk Ukraina dan memperkuat pertahanan NATO dalam menghadapi agresi Rusia.
Sebelum pelantikan, Rutte dan Stoltenberg melakukan upacara penghormatan dengan meletakkan karangan bunga di markas besar NATO untuk menghormati prajurit yang telah gugur dalam 75 tahun sejarah aliansi.
"Mungkin ada nuansa-nuansa dan perubahan penekanan, tetapi akan ada banyak kesinambungan juga,” kata Rutte, dikutip dari Borneo Bulletin, Selasa, 1 Oktober 2024
Dikenal sebagai sekutu setia AS, Rutte akan menghadapi tantangan besar dalam masa jabatannya, terutama terkait dukungan Washington jika eks presiden Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih.
Rutte telah mendorong negara-negara Eropa untuk tidak terlalu khawatir mengenai kemungkinan kembalinya Trump, yang pernah mengancam untuk tidak melindungi anggota NATO yang kurang berkontribusi perihal anggaran pertahanan aliansi.
"Kita harus bekerja sama dengan siapa pun yang ada di lantai dansa," ujarnya pada Februari lalu.
Sementara itu, ketidakpastian mengenai dukungan Barat untuk Ukraina terus berlanjut di tengah kemajuan Rusia di medan perang. NATO, yang telah memasok hampir semua senjata asing ke Ukraina, sepakat untuk meningkatkan peran dalam pengiriman dukungan militer selama pertemuan puncak di bulan Juli.
Sebagai sekjen, Rutte diharapkan dapat mendorong anggota NATO untuk meningkatkan anggaran militer mereka, terutama setelah 23 negara siap mencapai target belanja sebesar 2 persen dari produk domestik bruto mereka untuk sektor militer tahun ini.
Namun, Rutte harus menghadapi tantangan dalam mencapai kesepakatan konsensus di antara anggota NATO yang terkadang keras kepala.
Dalam pidato perpisahannya, Stoltenberg memperingatkan Rutte bahwa tantangan terbesarnya adalah menjaga semua pemimpin NATO berada dalam satu kesepahaman.
“(Aliansi) ini adalah keluarga besar, tetapi tantangan yang dihadapi adalah membuat mereka semua bahagia di saat yang sama," tambahnya.
Rutte kini diharapkan dapat melanjutkan upaya menjaga persatuan dan kekuatan NATO di tengah tantangan global yang terus berkembang, terutama perang Rusia-Ukraina yang belum juga berakhir sejak 2022. (Angel Rinella)
Baca juga: Jadi Sekjen NATO, Mark Rutte Tinggalkan Kantor PM Belanda dengan Sepeda