Gaza terus menerus dibombadir serangan Israel. Foto: EFE-EPA
Fajar Nugraha • 24 May 2024 06:55
Gaza: Israel melancarkan serangan udara dahsyat di Gaza pada Kamis 23 Mei 2024. Ironisnya, Israel menyatakan kesiapannya untuk melanjutkan perundingan yang terhenti mengenai gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera dengan Hamas untuk menghentikan perang yang berkecamuk sejak 7 Oktober.
Badan pertahanan sipil Jalur Gaza mengatakan, dua serangan udara menjelang Subuh telah menewaskan 26 orang, termasuk 15 anak-anak, di Kota Gaza.
Juru bicara badan tersebut Mahmud Bassal mengatakan satu serangan menghantam sebuah rumah keluarga, menewaskan 16 orang, di daerah Al-Daraj, dan serangan lainnya menewaskan 10 orang di dalam kompleks masjid.
Belum ada komentar langsung dari militer Israel.
Pertempuran jalanan yang sengit juga terjadi di Jabalia dan Rafah di Gaza di mana sayap bersenjata Hamas dan sekutunya Jihad Islam mengatakan mereka telah menembakkan serangan mortir ke arah pasukan Israel.
Tekanan internasional untuk gencatan senjata meningkat terhadap Israel dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ketika tiga negara Eropa pada Rabu mengatakan bahwa mereka akan mengakui negara Palestina.
Minggu ini dimulai dengan jaksa Pengadilan Kriminal Internasional meminta surat perintah penangkapan atas tuduhan kejahatan perang terhadap Netanyahu dan menteri pertahanannya serta tiga pemimpin Hamas.
Israel dengan marah menolak langkah-langkah tersebut, menyuarakan ‘kejijikan’ atas permintaan ICC dan menyebut pengakuan negara Palestina sebagai ‘hadiah untuk terorisme’.
Pejabat senior Kementerian Luar Negeri Jacob Blitstein mengatakan kepada utusan Irlandia, Norwegia dan Spanyol pada hari Kamis bahwa akan ada ‘konsekuensi serius’ terhadap hubungan mereka dengan Israel setelah mereka mengakui Negara Palestina minggu depan.
Namun tekanan dalam negeri juga meningkat ketika para pendukung sandera yang terjebak di Gaza kembali berunjuk rasa di luar kantor Netanyahu, dengan penuh semangat menuntut kesepakatan untuk memulangkan mereka.
Sebuah video yang baru dirilis menunjukkan lima tentara wanita Israel, diikat dan beberapa dengan wajah berlumuran darah, berada di tangan militan Palestina selama serangan lebih dari tujuh bulan lalu.
Klip berdurasi tiga menit itu, diambil dari rekaman kamera tubuh seorang militan, dirilis oleh Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang pada hari Rabu setelah tentara Israel mencabut sensor terhadap video tersebut.
“Rekaman itu mengungkap perlakuan kekerasan, memalukan dan traumatis yang dialami gadis-gadis itu pada hari penculikan mereka, mata mereka dipenuhi teror,” kata forum tersebut, seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat 24 Mei 2024.
Netanyahu bersumpah untuk terus memerangi Hamas untuk “memastikan apa yang kita lihat malam ini tidak akan terjadi lagi”.
Namun kantornya juga mengatakan bahwa kabinet perang telah meminta tim perunding Israel "untuk melanjutkan perundingan mengenai kembalinya para sandera".