Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani.
Fetry Wuryasti • 10 November 2023 13:35
Jakarta: Grup Riset Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyampaikan pelemahan ekonomi global tidak perlu terlalu dikhawatirkan dampaknya ke Indonesia, tetapi tetap harus diwaspadai.
Sebab dari GDP total, sumber pertumbuhan terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia digerakkan dari konsumsi domestik (60,99 persen), dimana konsumsi domestik swasta 53,84 persen dan konsumsi pemerintah 7,16 persen.
"Artinya kalau Indonesia tidak mau resesi, harus didorong konsumsinya. Bagi mereka yang berada di bawah garis kemiskinan, pemerintah turun menggunakan dana APBN," kata Direktur Grup Riset LPS Herman Saheruddin, dalam workshop LPS bersama Media, Jumat, 10 November 2023.
Di sisi lain masyarakat juga perlu menabung atau menyimpan uang di bank agar ekonomi bergerak. Dengan menempatkan uang di perbankan, bank bisa menyalurkan kredit, pengusaha bisa mendapatkan kredit untuk ekspansi, dan mempekerjakan tenaga kerja lebih banyak.
"Sehingga menyimpan uang di bank akan menggerakkan perekonomian," kata Herman.
Maka dia tekankan harus hati-hati dalam menginterpretasikan pertumbuhan simpanan. Ketika pertumbuhan simpanan yang terlalu tinggi, bisa diartikan ekonomi tidak bergerak.
Sebagai contoh saat pandemi covid-19, pertumbuhan simpanan terlalu tinggi justru berbahaya bagi ekonomi karena konsumsi turun dan akhirnya PDB juga anjlok.
"Walaupun saat covid-19 itu, pertumbuhan simpanan yang biasanya single digit menjadi double digit. Itu yang disebut paradox saving. Simpanan kalau tinggi banget tidak bagus bagi perekonomian, tetapi kalau tumbuh negatif itu artinya memakan tabungan dan perlu sokongan. Sehingga yang bagus itu yang seimbang," jelas Herman.
Motor pertumbuhan Indonesia lainnya berasal dari pembentukan modal tetap bruto atau gross fixed capital formation atau disebut juga investasi dengan porsi 29,68 persen.
"Sehingga keberlangsungan usaha di Indonesia juga penting. Oleh karena itu terkadang menjadi perdebatan bagi pembuat kebijakan kalau mau mendorong perekonomian dari sisi usaha, apakah lebih baik mengurangi pajak atau memberi insentif, karena efek keduanya kurang lebih sama," kata Herman.
Baca juga: Pemerintah Pecut Sektor Potensial Demi Kerek Perekonomian