Ilustrasi rupiah. Foto: MI.
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah di tengah pasar menantikan data inflasi Amerika Serikat (AS).
Pada akhir perdagangan, Selasa, 14 Mei 2024, kurs rupiah merosot 19 poin atau 0,12 persen menjadi Rp16.100 per USD dari sebelumnya yang sebesar Rp16.081 per USD.
Mata uang rupiah tertekan karena ekspektasi penurunan suku bunga semakin menurun. Menurut alat CME FedWatch pelonggaran suku bunga The Fed sebesar 42 basis poin tahun ini, dengan 60 persen peluang penurunan suku bunga pada September.
Investor menantikan indeks harga konsumen pada Rabu, 14 Mei 2024. Menurut survei Dow Jones, para ekonom memperkirakan CPI Inti akan mencerminkan kenaikan 3,4 persen dari tahun lalu dan kenaikan 0,4 persen secara bulanan.
Namun sebelum itu, Indeks Harga Produsen AS akan dianalisis oleh para analis untuk mengetahui apakah inflasi mengarah ke target The Fed sebesar dua persen. Ekonom yang disurvei Dow Jones memperkirakan PPI naik 0,3 persen dari bulan sebelumnya.
Kenaikan inflasi
Data tersebut dapat mempengaruhi ekspektasi investor mengenai kapan suku bunga akan diturunkan dan berapa banyak pemotongan yang akan dilakukan pada tahun ini, jika CPI dan PPI menunjukkan inflasi sedang melambat, ekspektasi penurunan suku bunga akan meningkat, dan sebaliknya.
Lebih banyak pejabat Fed, termasuk Ketua Jerome Powell, juga dijadwalkan untuk berbicara minggu ini dan bisa memberikan wawasan baru mengenai prospek kebijakan moneter.
Investor menantikan data-data ekonomi penting yang baru dan komentar-komentar dari pejabat Federal Reserve untuk mengamati data-data tersebut untuk mencari petunjuk mengenai arah kebijakan moneter di masa depan.