McDonald. Foto: Unsplash.
New York: Kinerja McDonald's meleset dari perkiraan laba kuartalan untuk pertama kalinya dalam dua tahun disebabkan ulah konsumen yang semakin berhemat serta konflik Timur Tengah membebani penjualan internasional jaringan burger tersebut.
Dikutip dari
Channel News Asia, Rabu, 1 Mei 2024, pertumbuhan penjualan global McDonald's turun selama empat kuartal berturut-turut menjadi 1,9 persen. Sementara itu analis menurut data LSEG memperkirakan kenaikan sebesar 2,35 persen.
Perusahaan telah menaikkan harga dengan persentase satu digit hingga menengah ke atas selama setahun terakhir sebagai respons terhadap kenaikan harga telur dan bahan mentah lainnya.
Penurunan penjualan internasional
CFO McDonald's Ian Borden telah memperingatkan penurunan penjualan internasional pada kuartal pertama akibat tekanan konflik Timur Tengah dan lesunya perekonomian Tiongkok, yang merupakan pasar terbesar kedua setelah Amerika Serikat.
Awal tahun ini, CEO McDonald Chris Kempczinski telah menandai adanya dampak bisnis akibat konflik Timur Tengah serta informasi terkait tentang merek tersebut yang dianggap pro Israel.
Sejumlah brand seperti McDonald's dan Starbucks menghadapi protes dan kampanye boikot terhadap mereka karena sikap mereka yang dianggap pro-Israel. Pada kuartal terakhir, Starbucks memangkas perkiraan penjualan tahunannya yang disebabkan oleh penurunan penjualan dan lalu lintas di toko-toko di Timur Tengah.
"Dampak konflik di Timur Tengah mungkin signifikan terhadap penjualan McDonald’s sebagaimana dicatat oleh perusahaan sebagai alasan utama segmen (pemegang lisensi internasional) mencatat penurunan penjualan dibandingkan Y/Y," kata seorang analis dengan Kelompok Penelitian M Science Matthew Goodman.
Hasil McDonald's juga berbeda dengan jaringan makanan cepat saji lainnya yang melaporkan angka pada kuartal pertama. Pemilik Burger King mengalahkan ekspektasi untuk hasil kuartalan sementara Domino's Pizza mendapat kenaikan.
Masyarakat berusaha menghemat anggaran
Penjualan McDonald's di toko yang sama pada kuartal pertama tumbuh 2,5 persen di Amerika Serikat, jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang sebesar 12,6 persen dan sedikit di bawah perkiraan pertumbuhan sebesar 2,55 persen. Hal ini menandakan masyarakat Amerika yang kekurangan uang tetap berusaha menghemat anggaran hadapi tingginya inflasi.
Laba per saham yang disesuaikan mencapai USD2,70, di bawah perkiraan USD2,72, menurut data LSEG. Total biaya dan pengeluaran operasional meningkat dua persen menjadi USD3,43 miliar.
Penjualan serupa dari pemegang lisensi internasional perusahaan, yang menyumbang 10 persen dari keseluruhan pendapatannya pada 2023, turun 0,2 persen, mengimbangi tren positif dari Jepang, Amerika Latin, dan Eropa. Analis memperkirakan kenaikan 0,98 persen untuk unit tersebut.