Dewi Kahi Temba (tengah kiri) dan Naila Hasinatun Huzwa (tengah kanan) menerima Beasiswa OSC Medcom.id dalam ajang OSC Medcom.id Award 2025 di Studio 3 Metro TV, Jakarta, Jumat, 19 November 2025.( Foto: Metrotvnews.com/Farouq Faza Bagjawan Alnanto)
Patrick Pinaria • 20 December 2025 20:34
Jakarta: Gelaran Online Scholarship Competition (OSC) Awards 2025 bukan sekadar ajang seremoni penentuan penerima beasiswa, tetapi juga panggung bagi kisah-kisah inspiratif generasi muda Indonesia yang berjuang menembus keterbatasan demi pendidikan tinggi. Dua nama yang menjadi sorotan sebagai penerima Beasiswa OSC Medcom.id 2025 adalah Dewi Kahi Temba dan Naila Hasinatun Huzwa. Keduanya merepresentasikan semangat juang pelajar dari berbagai penjuru Tanah Air.
Dewi Kahi Temba lahir pada 31 Juli 2007. Ia berasal dari Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Ia diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra usai mengikuti OSC Medcom.id tahun ini.
Dewi tumbuh di lingkungan dengan keterbatasan akses dan ekonomi. Kedua orang tuanya bekerja sebagai petani dengan pendapatan sekitar Rp500 ribu per bulan. Perjalanan pendidikannya penuh tantangan, mulai dari jarak rumah ke sekolah sejauh tiga kilometer yang harus ditempuh dengan berjalan kaki hingga keterbatasan akses internet.
Saat pandemi covid-19, Dewi bahkan harus naik ke perbukitan demi mendapatkan sinyal internet agar bisa mengikuti pembelajaran daring. Dukungan keluarga menjadi faktor kunci dalam perjalanan pendidikannya. Selain orang tua, kakak keempatnya turut berperan besar membantu pembiayaan sekolah. Perjuangan panjang itu kini berbuah manis ketika Dewi dinyatakan sebagai penerima Beasiswa OSC 2025, membuka jalan baginya untuk menempuh pendidikan kedokteran tanpa hambatan biaya.
Sementara itu, Naila Hasinatun Huzwa lahir pada 13 Januari 2008. Perempuan asal Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh itu diterima di Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Naila menempuh pendidikan menengah di Sekolah Sukma Bangsa Pidie. Dalam perjalanan pendidikannya, sosok ibu menjadi figur paling berpengaruh. Sang ibu konsisten memberikan dukungan moral dan pendampingan, mulai dari mengingatkan belajar hingga menyemangati Naila di tengah kondisi sulit.