Rusia Nilai AS Bergerak ke Arah Tepat untuk Selesaikan Konflik Ukraina

Perang Rusia-Ukraina telah meletus sejak Februari 2022. (Anadolu Agency)

Rusia Nilai AS Bergerak ke Arah Tepat untuk Selesaikan Konflik Ukraina

Muhammad Reyhansyah • 23 December 2025 15:36

Moskow: Rusia menilai Amerika Serikat (AS) telah mengambil sejumlah langkah ke arah yang “tepat," meski masih terdapat banyak pertanyaan terkait penyelesaian konflik di Ukraina. Penilaian tersebut disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov pada Senin, 22 Desember 2025.

Berbicara dalam diskusi yang diselenggarakan Forum Valdai, Ryabkov mengatakan Amerika Serikat mulai mengakui risiko dari ekspansi NATO yang tak berujung. Ia menyebut pengakuan tersebut sebagai perkembangan positif, meski perbedaan pandangan yang serius terkait Ukraina masih tetap ada.

Ryabkov merujuk pada rencana 28 poin untuk mengakhiri perang Ukraina yang dimulai pada Februari 2022, yang pertama kali diajukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ukraina dan para sekutunya, menurutnya, masih berupaya menyempurnakan proposal tersebut.

Moskow menegaskan setiap kesepakatan damai harus mengakui kendali Rusia atas wilayah Ukraina yang telah direbut, menempatkan Kyiv dalam posisi netral, serta membatasi kemampuan militer Ukraina.

Dilansir dari Anadolu Agency, Selasa, 23 Desember 2025, Ukraina sendiri mengajukan permohonan bergabung dengan NATO tak lama setelah perang dimulai. Presiden Volodymyr Zelensky menyatakan kesiapan untuk menarik ambisi tersebut sebagai imbalan atas jaminan keamanan dari Barat, namun sejauh ini menolak menyerahkan wilayah.

Ryabkov mengatakan normalisasi hubungan akan membutuhkan waktu, kemauan politik yang berkelanjutan, serta kerja sama setara yang mempertimbangkan kepentingan keamanan Rusia. Ia menekankan Moskow mencermati apakah Washington benar-benar meninggalkan kebijakan yang ia sebut sebagai permusuhan ekstrem.

Pejabat Rusia itu juga memperingatkan bahwa langkah-langkah terbaru Amerika Serikat di bidang strategis menunjukkan Pentagon masih mengejar keunggulan militer yang menentukan. Ia menyoroti rencana Washington mengembangkan sistem pertahanan rudal global yang diperluas, dikenal sebagai “Golden Dome."

Menurut Ryabkov, proyek tersebut secara terbuka mengakui bahwa sistem pertahanan rudal AS tidak hanya ditujukan pada negara yang dianggap bermasalah, tetapi juga pada pesaing strategis seperti Rusia dan Tiongkok.

Ia menilai rencana penempatan sistem pencegat di orbit luar angkasa sebagai bentuk militerisasi ruang angkasa yang berpotensi semakin mengguncang stabilitas keamanan global.

Terkait senjata nuklir, Ryabkov memperingatkan Rusia akan merespons dengan langkah setara jika Amerika Serikat kembali melakukan uji coba nuklir. Ia menegaskan Moskow siap menjamin keamanan nasionalnya melalui langkah tandingan militer-teknis bila diperlukan.

Ia juga menyinggung apa yang disebutnya sebagai meningkatnya koordinasi nuklir di Eropa, termasuk kerja sama antara Inggris dan Prancis serta pembahasan mengenai perisai nuklir pan-Eropa yang melengkapi pengaturan NATO yang ada.

Ryabkov mengatakan Rusia terpaksa mengakhiri moratorium sepihak atas penempatan rudal jarak menengah berbasis darat di tengah meningkatnya ancaman, termasuk rencana penempatan sistem rudal hipersonik Dark Eagle milik Amerika Serikat di Eropa.

Selain itu, Moskow tengah mempertimbangkan penguatan ruang pertahanan bersama Negara Persatuan Rusia–Belarus, termasuk kemungkinan penempatan sistem rudal Oreshnik di wilayah Belarus.

Ryabkov menyatakan Rusia berharap dapat menghindari skenario negatif setelah berakhirnya Perjanjian New START pada Februari 2026. Ia menambahkan Presiden Vladimir Putin telah mengusulkan agar batas kuantitatif utama dalam perjanjian tersebut tetap dipatuhi selama satu tahun tambahan, dengan syarat Amerika Serikat menahan diri dari langkah-langkah yang dapat merusak daya tangkal nuklir Rusia.

Baca juga:  
Zelensky Sebut Jaminan Keamanan AS sebagai Kompromi atas Keanggotaan NATO

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Willy Haryono)