Hasil Riset BRIN Jadi Rujukan Kebijakan Berbasis Bukti soal Rokok Elektrik

Ilustrasi vape. Foto: Freepik.com

Hasil Riset BRIN Jadi Rujukan Kebijakan Berbasis Bukti soal Rokok Elektrik

Al Abrar • 28 November 2025 15:27

Jakarta: Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terhadap 60 sampel rokok elektrik berbagai merek dan kadar nikotin dinilai sebagai langkah penting dalam penyusunan kebijakan publik berbasis data ilmiah. Studi berjudul Evaluation of Laboratory Tests for E-Cigarettes in Indonesia Based on WHO’s Nine Toxicants itu menunjukkan bahwa kandungan zat berbahaya pada produk tembakau alternatif lebih rendah secara signifikan dibandingkan tiga jenis rokok konvensional.

Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Yahya Zaini, menyambut baik temuan tersebut. Menurutnya, hasil riset BRIN dapat memperkuat basis pertimbangan pemerintah dalam menyusun regulasi terkait produk hasil tembakau.

“Kita apresiasi hasil penelitian BRIN. Ini sebuah terobosan baru. Saya menghargai langkah BRIN dalam melakukan penelitian yang berbasis bukti ilmiah. Setiap penelitian yang dilakukan secara independen dan terukur tentu memberi tambahan perspektif bagi pembuat kebijakan,” kata Yahya dalam keterangannya, Jumat, 28 November 2025.

Yahya menjelaskan, riset tersebut seharusnya menjadi salah satu referensi dalam penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan (RPMK) mengenai tembakau yang saat ini tengah digodok pemerintah. Selain aspek kesehatan, kebijakan juga perlu memperhatikan dampak terhadap sektor industri, termasuk petani tembakau dan pekerja pabrik.
 


Meski demikian, Yahya menegaskan rokok elektrik tetap tidak bebas risiko dan masih mengandung potensi bahaya kesehatan.

“Penelitian seperti ini harus ditempatkan dalam konteks yang proporsional sebagai bagian dari evidence base untuk kebijakan publik, bukan sebagai justifikasi untuk melonggarkan pengawasan,” ujarnya.

Sesuai Standar WHO


Pengujian dilakukan dengan mengukur sembilan senyawa toksik utama sebagaimana ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni formaldehida, asetaldehida, akrolein, karbon monoksida, 1,3-butadiena, benzena, benzo[a]pyrene, serta dua nitrosamin spesifik tembakau (NNN dan NNK).

BRIN memastikan pengujian dilakukan di laboratorium independen yang telah terakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan diakui International Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC). Hasil ini diharapkan menjadi rujukan ilmiah domestik yang relevan, mengingat karakteristik produk tembakau dapat berbeda antarnegara akibat variasi bahan baku dan proses produksi.

Menurut peneliti BRIN, Bambang Prasetya, riset ini merupakan langkah awal untuk menyediakan data yang dapat dimanfaatkan dalam diskusi kebijakan.

“Sebelum melarang-larang, kami ingin membuat database seperti apa kondisinya di lapangan. Selama ini banyak informasi hanya dari luar negeri. Kami memotret Jabodetabek dan mudah-mudahan bisa mewakili kondisi nasional,” kata Bambang dalam konferensi pers pada Selasa, 12 November 2025.

Bambang menambahkan, riset menunjukkan bahwa risiko rokok elektronik lebih rendah dibandingkan rokok konvensional, namun tetap ada potensi bahaya.

“Potretnya seperti tadi itu: risikonya lebih rendah, tetapi tidak bebas risiko,” ujarnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Al Abrar)