Bantu Naikkan Angka Kelahiran, Korsel Setujui Seoul Rekrut Pekerja Domestik Asing

Korea Selatan cari pekerja domestik asing. (AP)

Bantu Naikkan Angka Kelahiran, Korsel Setujui Seoul Rekrut Pekerja Domestik Asing

Marcheilla Ariesta • 1 September 2023 20:52

Seoul: Korea Selatan (Korsel) menyetujui usulan Kota Seoul untuk merekrut 100 pekerja domestik asing ke negara tersebut melalui program percobaan. Langkah ini bertujuan mendorong tingkat kelahiran dengan membantu lebih banyak ibu kembali ke dunia kerja. 

Negeri K-Pop ini memiliki permasalahan terkait penurunan tajam angka kelahiran, populasi yang menua, dan keengganan negara itu untuk menerima lebih banyak imigran. 

"Pekerja domestik asing dapat merevitalisasi masyarakat kita. Terutama dapat secepatnya membantu ibu mengambil cuti dari karirnya," kata Wali Kota Seoul Oh Se-hoon, dilansir dari South China Morning Post, Jumat, 1 September 2023. 

Banyak wanita Korea mengalami tekanan untuk tinggal di rumah dan mengurus keluarga, atau memilih untuk tidak memiliki anak sama sekali karena tingginya biaya membesarkan anak. Sedangkan Kementerian Ketenagakerjaan juga mengatakan, makin sedikit anak muda Korea yang tertarik mengerjakan pekerjaan domestik. 

Korsel telah melakukan pembicaraan dengan Filipina sebagai salah satu potensi sumber pekerja. Menurut pejabat, pembicaraan tersebut terkait tujuan memulai proyek percobaan itu secepatnya, yang rencana akan dimulai pada Desember. 

Di bawah aturan saat ini, hanya orang asing dengan status tertentu, seperti pasangan dari warga negara Korea dan etnis Korea yang bisa bekerja sebagai pekerja domestik. 

Pemerintah memperkirakan upah yang berlaku di pasar saat ini untuk pekerja domestik bekerja penuh dan tinggal bersama keluarga adalah sebesar 3,5 juta hingga 4,5 juta won per bulan (sekitar Rp40 - 50 juta). 

Skema baru itu sebagai upaya paling akhir dari pemerintah untuk mengembalikan angka kelahiran di negara dengan perekonomian terbesar keempat di Asia itu. 

Korsel mencatatkan angka fertilitas terendah dunia kembali di 2022 dengan jumlah rata-rata bayi yang dimiliki setiap perempuan adalah 0,78. Bahkan, Seoul memiliki angka yang lebih rendah yakni 0,59. 

Di negara-negara anggota Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) angka rata-rata tersebut adalah 1,59 pada 2020. Sementara itu, aliran masuk penduduk warga negara asing dalam angka persentase di Korsel adalah paling rendah di OECD. 

Pemerintah merespon kritik terhadap tudingan mengimpor buruh murah padahal saat ini pekerja rumah tangga masih berada dalam kondisi buruk, dengan menjamin bahwa pekerja migran akan berhak atas upah minimum 9.620 won (Rp111 ribu) atau sama seperti warga Korea. 

"Tidak ada solusi satu-untuk-semua untuk tingkat kelahiran rendah," kata Oh. 

"Ini bertujuan adalah untuk membuka semua kemungkinan saat kita menghadapi krisis negara kita terancam menghilang," tambahnya. 

Lusinan kelompok masyarakat sipil mendorong pemerintah untuk membatalkan rencana itu. Mereka mengatakan, seharusnya lebih fokus untuk memotong jam kerja panjang di negara itu.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Marcheilla A)