Presiden AS Donald Trump dan PM Israel Benjamin Netanyahu. (EPA)
Willy Haryono • 1 July 2025 14:52
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dijadwalkan akan menerima Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada 7 Juli, di tengah upaya Washington untuk mendorong gencatan senjata antara Israel dan Hamas serta pembebasan para sandera yang tersisa di Gaza.
Informasi ini disampaikan oleh juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt dalam konferensi pers pada Senin, 30 Juni 2025, seraya menambahkan bahwa penasihat senior Netanyahu, Ron Dermer, tengah berada di Washington untuk melakukan serangkaian pertemuan dengan pejabat tinggi AS.
Seorang pejabat Israel yang berada di Washington mengonfirmasi rencana kunjungan tersebut dan menyebut bahwa Iran, Gaza, Suriah, serta tantangan kawasan lainnya akan menjadi agenda utama pertemuan kedua pemimpin tersebut. Kabar mengenai jadwal pertemuan ini pertama kali dilaporkan oleh Axios.
Dikutip dari Asia One, Selasa, 1 Juli 2025, pertemuan ini berlangsung di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap Israel, menyusul serangan udara terbaru yang menewaskan sedikitnya 60 orang di Gaza pada Senin, salah satu serangan paling mematikan dalam beberapa pekan terakhir.
Sehari sebelumnya, Trump melalui media sosial menyerukan penghentian perang yang telah berlangsung selama 20 bulan, dan mendesak agar kesepakatan dicapai guna mengakhiri konflik serta memulangkan sandera:
“Capai kesepakatan di Gaza, pulangkan para sandera,” tulis Trump.
Leavitt menyatakan bahwa pemerintah AS terus menjalin komunikasi intensif dengan pemerintah Israel, dan bahwa prioritas utama Presiden Trump saat ini adalah penghentian konflik serta pembebasan para sandera yang masih ditahan oleh kelompok Hamas.
“Trump sangat terpukul melihat gambar-gambar dari Gaza dan Israel, tetapi fokus utama beliau adalah pada keselamatan warga dan pembebasan para sandera,” ujar Leavitt.
Perang ini dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika pejuang Hamas menyerbu wilayah Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang—sebagian besar warga sipil—dan menculik 251 orang ke Gaza. Serangan tersebut menjadi hari paling berdarah dalam sejarah Israel.
Sebagai respon, Israel meluncurkan kampanye militer berskala besar ke Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 56.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza.
Sebagian besar korban adalah warga sipil. Serangan ini juga menyebabkan hampir seluruh dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi dan menciptakan krisis kemanusiaan besar-besaran di wilayah tersebut. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Israel Perintahkan Evakuasi Warga Gaza, Trump Desak Gencatan Senjata