Menteri Perdagangan Malaysia YB Senator Tengku Datuk Seri Utama Zafrul Tengku Abdul Aziz dalam seremoni pembukaan Konferensi Halal Global di MITEC, Kuala Lumpur, Jumat, 19 September 2025. (MATRADE / MIHAS)
Willy Haryono • 19 September 2025 14:05
Kuala Lumpur: Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia, YB Senator Tengku Datuk Seri Utama Zafrul Tengku Abdul Aziz menegaskan bahwa negaranya berkomitmen untuk terus mendorong industri halal dan memperkuat ekosistemnya di level global.
Pernyataan ini disampaikan dalam seremoni pembukaan Konferensi Halal Global (GHAS) di Malaysia International Trade and Exhibition Centre (MITEC), Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat, 19 September 2025. Acara ini sekaligus menandai penyelenggaraan Pameran Halal Internasional Malaysia (MIHAS) 2025, yang sejak 17 September telah menghadirkan ribuan pelaku industri halal dari berbagai belahan dunia.
Dalam pidato pembukaan, Tengku Zafrul menegaskan pentingnya memperkuat ekosistem halal global melalui kerja sama multilateral. Menurutnya, industri halal bukan lagi isu nasional atau bilateral, melainkan fenomena ekonomi dunia yang berakar pada prinsip etika, transparansi, dan kesejahteraan.
“Sejak berdiri pada 2004, MIHAS telah menghasilkan hampir RM30 miliar penjualan ekspor. Tahun ini, dengan partisipasi 80 negara, 300 pembeli global, dan 45 ribu pengunjung, kami menargetkan transaksi sebesar RM4,5 miliar. Hanya dalam dua hari pertama, sudah tercatat nilai transaksi RM4,1 miliar,” kata ucapnya.
Tengku Zafrul menekankan bahwa Malaysia berkomitmen mempertahankan standar halal nasionalnya sebagai “garis merah” dalam setiap negosiasi perdagangan internasional, termasuk dengan Amerika Serikat.
“Halal tidak boleh dipandang sekadar hambatan tarif, tetapi sebagai standar duniawi yang menjamin kualitas, etika, dan keadilan dalam perdagangan,” ujarnya.
Dalam pidatonya, Tengku Zafrul menguraikan tiga langkah strategis untuk memperkuat ekosistem halal global:
1. Mereformasi lembaga multilateral seperti WTO agar lebih modern dan inklusif.
2. Mengembangkan diplomasi rantai pasok lintas blok ekonomi untuk sektor strategis seperti pangan, energi, dan mineral kritis.
3. Memasukkan prinsip etika dan keberlanjutan ke dalam perjanjian perdagangan internasional.
“Malaysia siap memimpin, menjadikan halal sebagai kerangka perdagangan berbasis kepercayaan yang melampaui batas geografi dan agama,” ujarnya.
Selain itu, Malaysia juga mengumumkan rencana penyelenggaraan MIHAS internasional di Shanghai pada November 2025. Langkah ini diharapkan memperluas jejaring perdagangan halal hingga ke Asia Timur.
Dengan pasar halal global yang kini bernilai sekitar USD3,5 triliun dan diproyeksikan tumbuh hingga USD5 triliun pada 2030, Malaysia menargetkan diri bukan hanya sebagai pemain, melainkan juga arsitek utama dalam membangun tatanan ekonomi halal dunia.
Baca juga: PM Malaysia: Halal Bukan Sekadar Label, Melainkan Simbol Nilai Universal